2 Kuliah 2: Memahami Komunikasi Diri dan Pementasan Diri
2.1 Materi
Berikut adalah materi perkuliahan untuk minggu kedua, berfokus pada Konsep Komunikasi Diri (Self-Communication Concept):
Minggu 2: Konsep Komunikasi Diri (Self-Communication Concept)
2.2 1. Pendahuluan Komunikasi Diri (Intrapersonal Communication)
- Definisi: Komunikasi intrapribadi adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu.
- Merupakan dasar dari bagaimana kita memahami dunia dan berinteraksi dengan orang lain.
- Dapat dianalogikan sebagai percakan internal atau seorang aktor yang berbicara kepada sutradara di balik layar saat latihan atau di belakang panggung.
- Melibatkan berbagai “roh” atau “spirit” yang bercakap-cakap di dalam diri kita.
- Rene Descartes merumuskan adanya sosok yang berpikir di dalam diri, yang ia sebut ego.
- Sigmund Freud mengembangkan konsep ini menjadi tiga jenis roh yang menggunakan username yang sama: ego (diri yang menyadari, berlogika), id (mewakili emosi, keinginan anak kecil yang tidak sabaran), dan superego (mewakili hikmat orang dewasa, nasihat yang diterima).
- Film “Inside Out” menggambarkan lima spirit emosional dasar (Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust) yang bertugas menyelamatkan kehidupan individu dan sudah ada sejak lahir. Spirit-spirit ini memiliki personalisasi dan saling terjalin (perikoresis) membentuk kepribadian.
- Berbagai roh ini, meskipun berbeda, bersatu dalam pengabdian untuk individu; jika jalinan ini pincang, perilaku negatif dapat muncul.
2.3 2. Konsep Diri (Self-Concept)
- Definisi: Keseluruhan persepsi kita tentang siapa diri kita.
- Pembentukan Konsep Diri:
- Berkembang dan dipengaruhi oleh orang lain melalui proses “reflected appraisal” (penilaian yang direfleksikan), di mana kita melihat diri kita berdasarkan bagaimana kita yakin orang lain memandang kita.
- Ini termasuk roh primer (pendapat orang-orang di sekitar kita seperti orang tua dan teman dekat) dan roh sekunder (evaluasi dari orang-orang berpengaruh seperti guru atau tokoh agama).
- Juga melalui roh tersier (perbandingan dengan orang lain) dan roh kuarterner (penghargaan atau rujukan seperti piala/piagam yang menandakan kesuksesan).
- Pada akhirnya, kita sendiri yang paling bertanggung jawab dalam membentuk konsep diri kita, meskipun pengaruh komunikasi eksternal pasti besar. Konsep diri akan semakin kuat apabila orang lain mengkonfirmasi hal tersebut.
- Konsep diri juga dibentuk oleh budaya dan co-culture yang meracik roh di dalam diri kita.
- Lima pertanyaan besar reflektif, termasuk “siapa saya”, adalah penting untuk mencapai hidup otentik.
- Karakteristik Konsep Diri:
- Bersifat dinamis dan dapat berubah.
- Bersifat subjektif, sehingga bisa berlebihan atau kurang tepat. Ini dapat disebabkan oleh informasi yang kadaluarsa, umpan balik yang terdistorsi, mitos kesempurnaan, dan ekspektasi masyarakat.
- Konsep diri yang sehat seharusnya fleksibel dan tidak kaku. Namun, roh cenderung menolak perubahan, menyebabkan konservatisme kognitif di mana kita mencari informasi yang mendukung konsep diri kita.
- Empat Jenis Roh dalam Konsep Diri (dari terdalam hingga terluar):
- Primer: Roh kepribadian bawaan kita (Joy, Sadness, dll.).
- Sekunder: Karakter hasil bentukan budaya atau co-culture, yang dikenal juga sebagai superego.
- Tersier: Peran dalam pekerjaan atau profesi kita (contoh: dokter, polisi, dosen, pemain bola).
- Kuarterner: Peran atau karakter yang kita mainkan dalam permainan, drama, atau sandiwara (contoh: Ben Kingsley sebagai Mahatma Gandhi).
- Makin ke kanan (dari primer ke kuarterner), makin besar effort yang diperlukan untuk menjadi orang lain; makin ke kiri, makin apa adanya. Idealnya, keempat roh ini dikembangkan secara seimbang, tetapi prioritas utama adalah menjadi diri primer yang otentik.
2.4 3. Harga Diri (Self-Esteem)
- Definisi: Evaluasi subjektif seseorang tentang nilai dan harga dirinya sebagai pribadi.
- Manfaat dan Kerugian Harga Diri Tinggi atau Rendah:
- Siklus Positif: Harga diri tinggi membuat seseorang percaya diri, bertindak, berusaha keras, dan akhirnya berhasil, yang kemudian semakin menaikkan harga diri.
- Siklus Negatif: Harga diri rendah membuat seseorang merasa tidak mampu, gampang menyerah, menyimpulkan bahwa ia memang tidak mampu, lalu harga diri semakin merosot.
- Peran Komunikasi: Komunikasi berperan besar dalam pembentukan harga diri seseorang.
2.5 4. Presentasi Diri (Image Management / Self-Presentation)
- Definisi: Bagaimana individu secara strategis mengkomunikasikan diri untuk mempengaruhi persepsi orang lain, dikenal sebagai manajemen kesan. Ini adalah upaya untuk “mementaskan diri” pada lingkaran publik.
- Tujuan Pementasan Diri: Ingin menyampaikan sisi positif dan mungkin menyembunyikan sisi negatif dari diri kita.
- Tiga Versi Diri: Versi yang sebenarnya, versi yang menurut kita kita itu siapa, dan versi yang ingin kita proyeksikan kepada orang lain.
- Empat Kemungkinan Jenis Komunikasi dalam Pementasan Diri (berdasarkan persepsi diri dan proyeksi ke publik):
- Kuadran 1: Kita tahu keistimewaan kita dan memproyeksikannya ke publik (contoh: mempromosikan kelebihan saat wawancara kerja).
- Kuadran 2: Melakukan self-deprecation (merendah diri), yaitu tahu kelebihan tapi tidak mengakuinya di depan orang, seringkali agar bisa fit in ke dalam suatu komunitas.
- Kuadran 3: Mengkomunikasikan kekurangan dengan jujur, sering untuk membangun intimasi atau mencari pertolongan (contoh: ke dokter).
- Kuadran 4: Melakukan pencitraan, yaitu menampilkan sesuatu yang istimewa padahal sebenarnya tidak benar. Tujuannya bisa positif (misalnya agar orang yang kita kasihi tidak khawatir), netral (misalnya dalam kampanye pemilihan umum), atau negatif (penipuan).
- Pengelolaan Citra:
- Bersifat kolaboratif dan adaptif, bergantung pada reaksi orang lain (contoh: menyesuaikan tampilan sesuai lingkungan, seperti saat melamar kerja vs. bergabung dengan komunitas bikers).
- Tiga aspek yang perlu disiapkan saat mementaskan diri: sopan santun (kata-kata, gerak-gerik, bahasa tubuh), pakaian/ornamen yang mendukung, dan setting/lingkungan (background, benda dekoratif).
- Pencitraan juga bisa jujur, di mana kita menampilkan apa adanya, termasuk sesuatu yang bersifat pribadi yang bisa membuat kita jengah, seperti menutupi tubuh dengan pakaian.
- Konsep “Wajah” (Face) yang dapat ditunjukkan kepada orang lain:
- Fellowship face: Keinginan untuk disukai dan diterima.
- Autonomy face: Keinginan untuk tidak diganggu.
- Competence face: Keinginan untuk dihormati karena kecerdasan dan kemampuan.
- Jendela Johari sebagai model untuk membangun kedekatan:
- Area 1 (Open): Diri yang kita tahu dan orang lain tahu (daerah “sama-sama tahu”). Kedekatan terjadi jika area ini semakin luas.
- Area 2 (Blind): Diri kita yang orang lain tahu tapi kita sendiri tidak tahu.
- Area 3 (Hidden): Rahasia kita yang kita tahu tapi orang lain tidak tahu.
- Area 4 (Unknown): Fakta tentang diri kita yang kedua pihak sama-sama tidak tahu.
- Manfaat Penyingkapan Diri (Self-Disclosure):
- Katarsis: Merasa lega setelah mengungkapkan sesuatu yang dirahasiakan.
- Swaklarifikasi: Menjernihkan keyakinan, opini, pikiran, sikap, dan perasaan sendiri.
- Swavalidasi: Mendapatkan persetujuan dari pendengar tentang sosok kita.
- Imbal Balas (Reciprocity): Berharap orang lain juga mengungkapkan rahasia mereka kepada kita.
- Pembentukan Kesan: Menarik simpati dari orang lain.
- Menjaga dan Meningkatkan Relasi: Memperluas Area 1 jendela Johari.
- Kewajiban Moral: Agar pihak berkepentingan tahu dan tidak merasa tertipu (contoh: memberitahukan penyakit tertentu).
- Risiko Penyingkapan Diri:
- Penolakan.
- Menimbulkan kesan negatif.
- Menurunkan tingkat kepuasan relasi.
- Kehilangan pengaruh.
- Kehilangan kendali.
- Menyakiti orang lain.
- Pertimbangan Sebelum Penyingkapan Diri:
- Apakah orang lain itu penting bagi kita.
- Apakah risiko penyingkapan layak diambil dan sebanding dengan manfaatnya.
- Apakah penyingkapan diri pantas dilakukan pada orang yang tepat.
- Apakah penyingkapan diri ini akan berbalas dengan penyingkapan diri orang lain.
- Apakah alasannya konstruktif (membangun).
- Deception (Berbohong):
- Tidak mengungkapkan yang sebenarnya.
- Kejujuran adalah hal yang seringkali tepat meskipun menyakitkan.
- Pertimbangan sebelum berbohong: kelayakan manfaat dari berbohong, apakah pihak yang dibohongi diuntungkan, apakah tidak ada jalan lain selain berbohong, dan bagaimana respons jika kebenaran terungkap.
- Pada akhirnya, kejujuran tentang konsep diri akan memerdekakan dan membawa sukacita sejati dalam jangka panjang. Kompetensi untuk menjadi jujur dalam segala situasi jauh lebih penting untuk dipelajari.
2.7 6. Pentingnya “Self-Talk” dan Mengatasi “Vultures” (Gangguan Psikologis)
- Self-Talk (bicara dalam diri): Dapat bekerja untuk atau melawan seseorang.
- “Psychological Vultures”: Kritik diri negatif yang merusak harga diri.
- Penting untuk mengubah pikiran negatif menjadi pikiran yang memberdayakan dan membangun kepercayaan diri.
- Ini termasuk praktik afirmasi (kata-kata positif yang diucapkan di dalam hati) untuk mengatasi rasa takut.
- Saran lain untuk mengatasi rasa takut berkomunikasi:
- Latihan/rehearsal keterampilan percakapan secara berulang.
- “Vaksinasi”: Menghadapi situasi yang ditakuti dalam skala kecil secara bertahap untuk membangun keberanian.
- Memiliki hasrat atau keinginan untuk berkomunikasi, bukan karena harus tapi karena menyukainya.
- Visualisasi Positif: Membayangkan prospek positif yang terjadi.
- Menerima rasa takut itu ada, namun tetap bertindak.
2.8 7. Diskusi dan Aplikasi
- Refleksi: Mengajak mahasiswa untuk merefleksikan bagaimana konsep-konsep komunikasi diri (konsep diri, harga diri, manajemen kesan, prediksi yang memenuhi diri sendiri, dan self-talk) mempengaruhi komunikasi interpersonal mereka sehari-hari.
- Latihan Praktis: “Activity 2.7 Practicing Positive Visualization” atau mengevaluasi “vultures” mereka sendiri.
- Hidup Otentik: Menekankan pentingnya hidup penuh integritas, yaitu hidup yang selaras atau koheren dengan identitas diri yang sebenarnya (true self). Ini berarti apa yang kita ingini, yakini, pikirkan, ucapkan, miliki, dan buat itu sesuai dengan jati diri kita. Untuk itu, perlu mengembangkan empat lapis karakter yang selaras dengan nilai-nilai ideal (“love like God, think like a king, speak like a poet, serve like a slave”).
- Kejujuran: Mengembangkan kompetensi untuk menjadi jujur dalam segala situasi, karena kejujuran akan memerdekakan dan membawa sukacita sejati dalam jangka panjang.
2.9 Ringkasan
Panduan belajar ini dirancang untuk meninjau pemahaman Anda tentang konsep-konsep kunci yang berkaitan dengan komunikasi diri, pementasan diri, dan hidup otentik, seperti yang disajikan dalam materi sumber.
2.10 I. Konsep Diri (Self-Concept)
2.10.1 A. Definisi dan Pentingnya
- Definisi: Konsep diri adalah persepsi keseluruhan kita tentang siapa diri kita. Ini adalah jawaban atas pertanyaan “Siapa saya?”
- Pentingnya: Hidup otentik, tanpa penyesalan, bergantung pada pemahaman dan penghidupan konsep diri sejati kita. Kegagalan untuk memahami ini dapat menyebabkan penyesalan mendalam di akhir hidup.
- Sifat Konsep Diri: Subjektif, fleksibel (idealnya), dan terkadang resisten terhadap perubahan karena “konservatisme kognitif” atau pengaruh “roh.”
2.10.2 B. Pembentukan Konsep Diri
- Pengaruh Eksternal:Orang Sekitar (Primer): Pendapat orang tua, teman dekat, dan mereka yang hidup bersama kita.
- Evaluasi Orang Berpengaruh (Sekunder): Guru, tokoh agama, pengajar.
- Perbandingan Sosial (Tersier): Membandingkan diri dengan orang lain dalam hal prestasi atau kinerja.
- Pengakuan Formal (Kuarter): Piala, piagam, rujukan, atau bentuk pengakuan lainnya.
- Peran Komunikasi: Komunikasi memainkan peran besar dalam membentuk konsep diri, seperti “roh” yang masuk ke dalam jiwa kita melalui interaksi.
- Tanggung Jawab Individu: Meskipun ada banyak pengaruh eksternal, kita pada akhirnya yang paling bertanggung jawab dalam membentuk konsep diri kita sendiri.
2.10.3 C. Roh Karakter
- Definisi Roh Karakter: Sebuah klasifikasi dari “diri” yang mengendalikan penggunaan “username” atau nama kita.
- Empat Jenis Roh:Roh Primer (Kepribadian Bawaan): Diri kita yang asli, kepribadian bawaan (misalnya, Joy, Sadness, Anger, Fear, Disgust dari film Inside Out). Ini adalah inti dari diri kita.
- Roh Sekunder (Karakter Budaya): Karakter yang dibentuk oleh budaya atau co-culture (superego Freud). Ini adalah bagaimana kita diukir oleh lingkungan sosial kita.
- Roh Tersier (Peran Profesi): Peran yang kita mainkan dalam pekerjaan atau profesi (dokter, polisi, dosen, aktor).
- Roh Kuarter (Peran Drama/Permainan): Peran atau karakter yang kita mainkan dalam drama, sandiwara, atau pementasan tertentu (misalnya, Ben Kingsley sebagai Mahatma Gandhi).
- Hubungan: Semakin ke kanan (dari primer ke kuarter), semakin besar upaya yang dibutuhkan dan semakin kita menjadi “orang lain.” Semakin ke kiri, semakin kita menjadi diri kita yang asli. Idealnya, keempat roh ini dikembangkan secara seimbang, tetapi roh primer adalah prioritas utama untuk kehidupan otentik.
2.11 II. Pementasan Diri (Self-Presentation / Image Management)
2.11.1 A. Definisi dan Tujuan
- Definisi: Upaya strategis untuk mengkomunikasikan siapa diri kita kepada publik, menampilkan sisi positif dan menyembunyikan sisi negatif.
- Tujuan: Mempengaruhi persepsi orang lain, membangun kepercayaan, menjaga dan meningkatkan relasi, menarik simpati, menghindari kekhawatiran orang lain, atau bahkan untuk tujuan netral (pengadilan, pemilu) hingga negatif (penipuan).
2.11.2 B. Tiga Versi Diri
- Versi Sebenarnya: Diri kita yang sesungguhnya (seringkali tidak sepenuhnya kita tahu).
- Versi Menurut Kita: Bagaimana kita melihat diri kita.
- Versi yang Diproyeksikan: Bagaimana kita ingin orang lain melihat kita.
- Fokus pementasan diri umumnya pada versi kedua dan ketiga.
2.11.3 C. Diagram Kartesius Pementasan Diri (Perspektif Diri)
- Sumbu X (Pesan ke Publik): Positif atau Negatif (Projecting Self)
- Sumbu Y (Persepsi Diri): Positif atau Negatif (Perception of Self)
- Kuadran 1 (Self-Enhancement): Tahu kelebihan dan memproyeksikannya (misalnya, saat wawancara kerja).
- Kuadran 2 (Self-Deprecation): Tahu kelebihan tapi merendah (misalnya, agar bisa diterima komunitas).
- Kuadran 3 (Jujur Mengkomunikasikan Kekurangan): Tahu kelemahan dan mengkomunikasikannya (misalnya, untuk intimasi, ke dokter).
- Kuadran 4 (Pencitraan / Deception): Menampilkan sesuatu yang istimewa padahal tahu itu tidak benar (misalnya, agar orang lain tidak khawatir, kampanye politik, penipuan).
2.11.4 D. Diagram Kartesius Pementasan Diri (Perspektif Orang Lain)
- Sumbu X (Upaya Memproyeksikan Diri): Sama dengan sebelumnya.
- Sumbu Y (Hasil di Mata Orang Lain): Bagaimana orang lain melihat kita.
- Kuadran 1 (Berhasil): Komunikasi berhasil, kebaikan kita diketahui dan dilihat orang lain positif.
- Kuadran 2 (Istimewa): Mengkomunikasikan kekurangan, tapi ditangkap sebagai kelebihan.
- Kuadran 3 (Ekstrem/Gagal): Mengkomunikasikan kekurangan, dan orang lain melihatnya memang buruk (misalnya, penjahat).
- Kuadran 4 (Gagal / Pendusta): Mencoba menyampaikan kesan positif, tapi ditangkap negatif (dianggap pendusta).
2.11.5 E. Aspek yang Perlu Disiapkan dalam Pementasan Diri
- Sopan Santun: Kata-kata, gerak-gerik, bahasa tubuh.
- Pakaian/Ornamen: Mendukung citra yang ingin ditampilkan.
- Settingan: Lingkungan, background, benda dekoratif.
2.11.6 F. Integritas dan Deception dalam Pementasan Diri
- Pementasan diri bersifat kolaboratif dan adaptif.
- Pencitraan tidak selalu berarti berbohong; ada banyak tampilan jujur yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
- Deception (penipuan) di dunia maya sangat umum. Penting untuk membedakan antara akting (seperti Ben Kingsley sebagai Gandhi) dan kebohongan yang disengaja.
- Penting untuk memilih “wajah” yang tepat untuk situasi yang tepat tanpa merasa malu atau jengah.
2.12 III. Penyingkapan Diri (Self-Disclosure)
2.12.1 A. Definisi dan Aspek
- Definisi: Pengkomunikasian informasi tentang diri kita dengan sengaja kepada orang lain.
- Empat Aspek:Kejujuran: Jujur atau tidak.
- Kedalaman: Seberapa dalam atau hanya permukaan.
- Kebaruan: Informasi baru atau sudah umum diketahui.
- Membawa Kedekatan: Apakah penyingkapan ini meningkatkan kedekatan.
2.12.2 B. Dimensi Keluasan dan Kedalaman Informasi
- Keluasan: Berbagai topik yang bisa dibicarakan (perasaan hubungan, latar belakang keluarga, masalah akademik, opini, tampilan fisik, ambisi, karir).
- Kedalaman: Seberapa rinci dan pribadi informasi tersebut.
- Perbendaharaan Informasi (Lapis):Klise (Paling Kulit): Ucapan umum, tidak bermakna mendalam.
- Fakta: Informasi objektif.
- Opini: Pendapat pribadi.
- Perasaan (Paling Dalam): Emosi dan pengalaman subjektif.
2.12.3 C. Jendela Johari
- Konsep: Model untuk memahami dan meningkatkan kesadaran diri dan hubungan interpersonal.
- Empat Area:Open Area: Kita tahu, orang lain tahu (bertujuan untuk diperluas untuk kedekatan).
- Blind Area: Orang lain tahu, kita tidak tahu.
- Hidden Area: Kita tahu, orang lain tidak tahu (rahasia kita).
- Unknown Area: Kedua pihak sama-sama tidak tahu.
- Tujuan: Memperluas area Open untuk membangun kedekatan.
2.12.4 D. Manfaat dan Keuntungan Penyingkapan Diri
- Katarsis: Perasaan lega setelah mengungkapkan rahasia.
- Swaklarifikasi: Menjernihkan pikiran, opini, sikap, dan perasaan kita sendiri.
- Swavalidasi: Mendapatkan persetujuan dari pendengar tentang pikiran atau diri kita.
- Imbal Balas: Berharap orang lain juga mengungkapkan rahasia mereka.
- Pembentukan Kesan: Menarik simpati.
- Menjaga dan Meningkatkan Relasi: Memperluas area Open.
- Kewajiban Moral: Menyampaikan informasi penting agar pihak berkepentingan tahu (misalnya, penyakit).
2.12.5 E. Risiko dan Kerugian Penyingkapan Diri
- Penolakan: Orang lain menolak atau menjauh.
- Kesan Negatif: Menimbulkan pandangan buruk.
- Menurunkan Tingkat Kepuasan Relasi: Konflik atau ketidaknyamanan dalam hubungan.
- Kehilangan Pengaruh: Posisi atau kekuatan kita berkurang.
- Kehilangan Kendali: Informasi yang diungkapkan digunakan atau disebarkan di luar keinginan kita.
- Menyakiti Orang Lain: Ungkapan yang jujur dapat melukai perasaan.
2.12.6 F. Pertimbangan Sebelum Penyingkapan Diri
- Pentingnya Orang Lain: Apakah orang tersebut penting?
- Kelayakan Risiko: Apakah manfaat sebanding dengan risikonya?
- Pantas: Apakah sesuai dilakukan pada orang yang tepat?
- Timbal Balik: Apakah akan ada balasan penyingkapan dari orang lain?
- Konstruktif: Apakah alasannya membangun?
2.12.7 G. Deception (Kebohongan)
- Definisi: Tidak mengungkapkan yang sebenarnya, berbohong.
- Alasan Kebohongan: Bisa karena terpaksa dalam situasi sulit, atau untuk tujuan positif (misalnya, melindungi perasaan orang).
- Pentingnya Kejujuran: Seringkali merupakan tindakan yang benar, meskipun menyakitkan.
- Pertimbangan Sebelum Berbohong:Apakah manfaat kebohongan itu layak?
- Apakah pihak yang dibohongi diuntungkan?
- Apakah tidak ada jalan lain?
- Bagaimana respons orang jika tahu kebenarannya?
- Kejujuran Jangka Panjang: Akan memerdekakan dan membawa sukacita sejati.
- Mengapa Mempelajari Kebohongan: Untuk memahami perilaku orang lain dan menghadapi orang jahat.
2.13 IV. Hidup Otentik
2.13.1 A. Definisi Integritas dan Otentisitas
- Hidup Penuh Integritas: Hidup yang selaras (koheren) dengan identitas diri kita yang sebenarnya atau true self.
- Hidup Otentik: Apa yang kita inginkan, yakini, pikirkan, ucapkan, miliki (termasuk relasi), dan buat sesuai dengan jati diri kita.
2.13.2 B. Empat Lapis Karakter untuk Hidup Otentik (Panutan)
- Primer: Love like God (Pribadi Penuh Kasih Tanpa Batas)Mengasihi dan menyayangi seperti Tuhan.
- Panutan: Tuhan Yang Maha Kuasa.
- Sekunder: Think like a King (Berpikir Seperti Raja/Ratu)Bertanggung jawab, cakap, tegas, berani, amanah, adil untuk kepentingan banyak orang.
- Panutan: Raja/Ratu (misalnya, Alexander The Great).
- Tersier: Speak like a Poet (Berbicara Seperti Pujangga)Menguasai kata-kata yang menghidupkan, mencerdaskan, dan mengekspresikan keindahan.
- Panutan: Pujangga.
- Kuarter: Serve like a Slave (Melayani Seperti Hamba)Melayani dengan sepenuh hati, perhatian, keahlian, totalitas, dan pengorbanan tanpa perhitungan.
- Panutan: Hamba yang melayani tuannya.
2.13.3 C. Pembelajaran Karakter
- Dapat dipelajari melalui literatur dan studi.
- Pembelajaran terbaik seringkali melalui penderitaan dan kekurangan diri.
- Contoh Amanda Gorman: Mengubah kesulitan berbicara menjadi kekuatan melalui membaca dan menulis, serta melatih diri secara gigih.
2.14 V. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
- Definisi: Proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu.
- Dasar: Fondasi bagaimana kita memahami dunia dan berinteraksi dengan orang lain.
- Self-Talk: Pembicaraan dalam diri yang bisa bersifat positif atau negatif.
- Psychological Vultures: Kritik diri negatif yang merusak harga diri. Penting untuk mengubahnya menjadi pikiran yang memberdayakan.
- Self-Fulfilling Prophecy: Harapan atau keyakinan tentang suatu peristiwa dapat memengaruhi perilaku kita, sehingga membuat peristiwa itu lebih mungkin terjadi. Visualisasi positif adalah bentuk konstruktif dari ini.
2.15 Kuis: Komunikasi Diri dan Pementasan Diri
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dalam 2-3 kalimat.
- Jelaskan mengapa pemahaman tentang “konsep diri” dianggap krusial untuk menjalani hidup yang otentik, menurut materi sumber.
- Sebutkan dan jelaskan secara singkat dua dari empat aspek yang membedakan jenis penyingkapan diri.
- Dalam konteks Jendela Johari, apa yang dimaksud dengan “Open Area” dan mengapa perlu diperluas untuk membangun kedekatan?
- Identifikasi dua manfaat utama dari penyingkapan diri dan berikan contoh singkat untuk salah satunya.
- Apa perbedaan antara “Self-Enhancement” dan “Pencitraan” dalam diagram kartesius pementasan diri, dari perspektif diri?
- Menurut materi, sebutkan dua dari tiga aspek yang perlu disiapkan individu saat mementaskan diri di hadapan publik atau melalui media sosial.
- Jelaskan konsep “self-fulfilling prophecy” dalam konteks pembentukan konsep diri.
- Bagaimana konsep “roh primer” berbeda dengan “roh kuarter” dalam klasifikasi roh karakter?
- Mengapa kejujuran dianggap penting dalam jangka panjang, meskipun kadang menyakitkan atau sulit?
- Sebutkan salah satu dari empat panutan karakter yang disarankan untuk hidup otentik dan jelaskan maknanya secara singkat.
2.16 Pertanyaan Esai (Tidak Ada Jawaban Disertakan)
- Analisis hubungan antara “self-fulfilling prophecy” dan pembentukan konsep diri. Bagaimana siklus positif dan negatif dari self-esteem dapat diperkuat atau dirusak oleh fenomena ini, dan apa peran komunikasi dalam proses tersebut?
- Bandingkan dan kontraskan manfaat serta risiko dari penyingkapan diri. Dalam situasi apa penyingkapan diri dianggap layak diambil risikonya, dan bagaimana individu dapat menimbang keputusan untuk melakukan self-disclosure?
- Jelaskan konsep “roh karakter” (primer, sekunder, tersier, kuarter) dan bagaimana masing-masing lapis berkontribusi terhadap identitas diri seseorang. Mengapa materi sumber menekankan pentingnya mengembangkan roh primer secara otentik di atas yang lain?
- Diskusikan implikasi etis dari “pencitraan” atau deception dalam pementasan diri. Kapan deception dapat dibenarkan (jika ada), dan bagaimana membedakannya dari “akting” yang dianggap netral atau positif?
- Materi sumber menyajikan empat panutan karakter untuk hidup otentik: “Love like God,” “Think like a King,” “Speak like a Poet,” dan “Serve like a Slave.” Pilih dua dari panutan ini dan jelaskan secara mendalam bagaimana menginternalisasi dan menghidupinya dapat membantu seseorang mencapai integritas dan otentisitas dalam kehidupan sehari-hari.
2.17 Glosarium Istilah Kunci
- Konsep Diri (Self-Concept): Keseluruhan persepsi, keyakinan, dan penilaian individu tentang siapa dirinya.
- Harga Diri (Self-Esteem): Evaluasi subjektif individu tentang nilai dan harga dirinya sebagai pribadi.
- Siklus Positif/Negatif Self-Esteem: Pola perilaku dan pemikiran yang menaikkan (positif) atau menurunkan (negatif) harga diri seseorang.
- Reflected Appraisal: Proses melihat diri kita berdasarkan bagaimana kita yakin orang lain memandang kita.
- Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication): Proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, seperti berpikir, merenung, dan self-talk.
- Roh Karakter: Sebuah konsep untuk mengklasifikasikan berbagai “diri” atau persona yang kita miliki, mulai dari yang bawaan hingga yang diperankan.
- Roh Primer: Kepribadian bawaan atau inti diri (misalnya, emosi dasar seperti Joy, Sadness).
- Roh Sekunder: Karakter yang dibentuk oleh budaya atau co-culture (misalnya, superego Freud).
- Roh Tersier: Peran yang dimainkan dalam pekerjaan atau profesi.
- Roh Kuarter: Peran atau karakter yang dimainkan dalam drama, sandiwara, atau pementasan tertentu.
- Pementasan Diri (Self-Presentation / Image Management): Upaya strategis untuk mengkomunikasikan diri kepada orang lain guna memengaruhi persepsi mereka.
- Self-Enhancement: Mengkomunikasikan kelebihan diri yang memang kita miliki.
- Self-Deprecation: Merendah diri meskipun memiliki kelebihan.
- Pencitraan: Menampilkan kesan positif atau istimewa yang mungkin tidak sepenuhnya benar, untuk tujuan tertentu.
- Deception: Tindakan berbohong atau tidak mengungkapkan kebenaran.
- Penyingkapan Diri (Self-Disclosure): Pengkomunikasian informasi tentang diri sendiri secara sengaja kepada orang lain.
- Jendela Johari: Model untuk memahami dan meningkatkan kesadaran diri dan hubungan interpersonal, membagi diri menjadi empat area (Open, Blind, Hidden, Unknown).
- Katarsis: Perasaan lega yang dialami setelah mengungkapkan emosi atau rahasia yang terpendam.
- Swaklarifikasi (Self-Clarification): Proses menjernihkan pikiran, opini, atau perasaan kita sendiri melalui penyingkapan diri.
- Swavalidasi (Self-Validation): Mendapatkan persetujuan atau konfirmasi dari orang lain tentang pikiran atau identitas diri kita.
- Konservatisme Kognitif (Cognitive Conservatism): Kecenderungan untuk mencari informasi yang mendukung konsep diri yang sudah ada dan menolak informasi yang bertentangan.
- Self-Fulfilling Prophecy: Fenomena di mana harapan seseorang tentang suatu peristiwa, dan perilaku selanjutnya berdasarkan harapan tersebut, membuat hasil lebih mungkin terjadi.
- Self-Talk: Dialog internal atau pembicaraan yang kita lakukan dengan diri sendiri.
- Psychological Vultures: Kritik diri negatif atau pikiran merusak yang mengikis harga diri.
- Hidup Otentik: Kehidupan yang selaras dan koheren dengan jati diri sejati seseorang, di mana tindakan, pikiran, dan keyakinan konsisten dengan true self.
- Integritas: Keadaan menjadi utuh dan tidak terbagi, konsisten antara apa yang diyakini, dikatakan, dan dilakukan.
- Co-culture: Kelompok dalam suatu budaya yang berbagi keyakinan, nilai, atau perilaku tertentu (misalnya, berdasarkan usia, ras, agama, profesi, atau aktivitas).
- Perikoresis: Konsep relasi yang bersatu namun masing-masing memiliki kepribadian sendiri, seperti tarian melingkar dari roh-roh yang berbeda namun terjalin.