11  Kuliah 11: Menguasai Seni Berbicara Persuasif

kuiz

Video Klip

11.1 Kata Pengantar: Kemampuan Berbicara adalah Keterampilan yang Dapat Dipelajari

Pada suatu masa, Dale Carnegie adalah seorang pembicara publik yang gagal total. Ia begitu dilumpuhkan oleh rasa takut panggung sehingga ia bahkan keluar dari sebuah acara perjamuan karena malu. Namun, pria yang sama ini kemudian menjadi salah satu pelatih komunikasi paling ternama di dunia, yang dibayar mahal untuk melatih para eksekutif puncak dalam seni mengekspresikan diri. Kisahnya adalah bukti nyata bahwa kemampuan berbicara yang hebat bukanlah bakat bawaan yang misterius, melainkan hasil dari keinginan yang membara, persiapan yang matang, dan latihan yang tak kenal lelah. Selama bertahun-tahun melatih para pemimpin, saya menyaksikan kebenaran ini berulang kali: ini adalah keterampilan yang bisa dipelajari, dikuasai, dan disempurnakan.

Seperti yang dikatakan oleh negarawan ulung William Jennings Bryan: “Kemampuan untuk berbicara secara efektif adalah suatu perolehan, bukan anugerah.” Manual ini dirancang dengan semangat tersebut. Di dalamnya, Anda tidak akan menemukan teori akademis yang rumit, melainkan prinsip-prinsip yang telah teruji dan strategi yang praktis serta dapat ditindaklanjuti. Tujuannya sederhana: memberikan para profesional seperti Anda sebuah peta jalan yang jelas untuk menjadi pembicara yang lebih percaya diri, lebih jelas, dan lebih persuasif. Mari kita mulai perjalanan ini bersama.


12 1. Fondasi: Membangun Kepercayaan Diri yang Tak Tergoyahkan

Mengatasi rasa takut adalah langkah pertama dan paling krusial dalam perjalanan menjadi seorang pembicara yang efektif. Penting untuk dipahami bahwa rasa gugup adalah hal yang wajar. Bahkan, orator agung seperti Cicero mengakui bahwa semua pidato publik yang benar-benar hebat ditandai dengan rasa gugup. Banyak pembicara terkenal, dari John Bright hingga Charles Stewart Parnell, pernah mengalami ketakutan panggung yang melumpuhkan di awal karier mereka. Kepercayaan diri bukanlah sebuah anugerah yang dianugerahkan kepada segelintir orang; ia adalah hasil dari persiapan dan latihan yang disengaja. Ia dibangun, bukan ditemukan.

12.1 1.1. Empat Pilar Utama untuk Menumbuhkan Keberanian

Selama bertahun-tahun melatih para pemimpin, saya menemukan bahwa keempat pilar inilah yang secara konsisten memisahkan pembicara biasa dari pembicara luar biasa. Kuasai fondasi ini, dan Anda akan membangun keberanian yang kokoh saat berhadapan dengan audiens.

  • Miliki Hasrat yang Kuat dan Gigih Keinginan yang membara untuk berhasil adalah bahan bakar yang akan mendorong Anda melewati keraguan dan kesulitan. Mulailah pelatihan ini dengan hasrat yang kuat dan tak tergoyahkan. Luangkan waktu untuk mendaftar semua manfaat yang akan Anda peroleh—secara finansial, sosial, dan dalam hal kepemimpinan—dari penguasaan keterampilan ini. Nyalakan antusiasme Anda dengan terus mengingat tujuan akhir Anda, karena kedalaman hasrat Anda akan menentukan kecepatan kemajuan Anda.

  • Kuasai Topik Anda Secara Mendalam Tidak ada yang dapat memberikan kepercayaan diri sebesar pengetahuan yang mendalam tentang apa yang akan Anda bicarakan. Seseorang yang belum merencanakan pidatonya dan tidak tahu persis apa yang ingin ia sampaikan tidak mungkin merasa nyaman di hadapan audiens. Theodore Roosevelt pernah menerima nasihat yang ia pegang teguh sepanjang kariernya: “Jangan berbicara sampai Anda yakin memiliki sesuatu untuk dikatakan, dan tahu persis apa itu; lalu katakan, dan duduklah.” Persiapan yang menyeluruh adalah landasan dari rasa percaya diri yang otentik.

  • Bertindaklah Seolah-olah Anda Percaya Diri Prinsip psikologis yang dikemukakan oleh Profesor William James menyatakan, “Untuk merasa berani, bertindaklah seolah-olah kita berani.” Roosevelt sendiri mengakui bahwa ia mengatasi rasa takutnya terhadap beruang grizzly, kuda binal, dan penembak ulung dengan metode ini. Ia bertindak seolah-olah tidak takut, dan secara bertahap rasa takut itu sirna. Hadapi audiens Anda dengan postur tegap, ambil napas dalam-dalam, dan tatap mata mereka seolah-olah Anda benar-benar menikmati momen tersebut. Tindakan berani akan memicu perasaan berani.

  • Latihan, Latihan, dan Latihan! Inilah poin yang paling penting. Cara pertama, cara terakhir, dan cara satu-satunya yang tidak pernah gagal untuk mengembangkan kepercayaan diri dalam berbicara adalah dengan berbicara. Latihan adalah syarat mutlak, elemen yang tidak bisa ditawar lagi. Roosevelt menganalogikannya dengan “demam panggung” (buck fever) yang dialami pemburu pemula; itu bukanlah tanda ketakutan, melainkan kurangnya kontrol saraf. Kontrol tersebut hanya bisa diperoleh melalui latihan berulang hingga penguasaan diri menjadi sebuah kebiasaan.

Setelah fondasi kepercayaan diri ini dibangun, langkah selanjutnya adalah menguasai seni mempersiapkan pidato yang akan Anda sampaikan.

13 2. Cetak Biru Arsitek: Seni Mempersiapkan Pidato

Napoleon pernah berkata: “Seni perang adalah ilmu di mana tidak ada yang berhasil yang belum dihitung dan dipikirkan.” Analogi ini berlaku sama kuatnya dalam seni berbicara. Sebuah pidato yang hebat bukanlah hasil dari inspirasi sesaat, melainkan buah dari persiapan yang matang dan pemikiran yang cermat. Ia adalah sebuah perjalanan dengan tujuan yang jelas, dan perjalanannya harus dipetakan dengan saksama. Pembicara yang memulai tanpa tujuan biasanya akan berakhir di tempat yang sama: di mana-mana dan tidak di mana-mana.

13.1 2.1. Proses Persiapan Langkah-demi-Langkah

Para pembicara ulung, baik di masa lalu seperti Lincoln maupun di era modern seperti yang dinasihatkan oleh para cendekiawan, mengikuti sebuah proses persiapan yang sistematis. Berikut adalah langkah-langkah yang terbukti efektif.

  1. Tetapkan Topik Anda Jauh-jauh Hari Berikan diri Anda waktu untuk “merenungkan” (brood over) topik Anda. Proses ini harus berjalan selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Abraham Lincoln memikirkan pidato-pidatonya saat ia melakukan pekerjaan sehari-hari—saat berjalan ke kantor, saat duduk menunggu laporan, bahkan saat memerah susu sapinya. Dengan cara ini, ide-ide akan muncul dari alam bawah sadar pada saat-saat yang tidak terduga. Biarkan pidato Anda tumbuh dan berkembang secara organik dalam pikiran Anda.

  2. Gali dari Dalam Diri Anda Pidato yang paling berdampak adalah pidato yang lahir dari pemikiran dan keyakinan Anda sendiri. Tuan Jackson, seorang siswa, pernah menyampaikan pidato yang gagal total karena ia hanya mengulangi ide dari sebuah artikel yang tidak ia setujui. Seminggu kemudian, ia berbicara tentang topik yang sama, namun kali ini ia menyajikan pemikirannya sendiri yang bertentangan dengan artikel tersebut. Hasilnya? Pidatonya berhasil dengan gemilang. Jangan hanya meminjam fakta; gali “bijih” dari tambang pikiran Anda sendiri dan cetak menjadi “mata uang” keyakinan Anda.

  3. Kumpulkan Jauh Lebih Banyak Materi daripada yang Akan Digunakan Ini adalah rahasia di balik “kekuatan cadangan” (reserve power). Seorang pembicara yang tahu jauh lebih banyak daripada yang ia sampaikan akan berbicara dengan rasa percaya diri dan otoritas yang lebih besar. Luther Burbank, ahli botani legendaris, sering kali menghasilkan satu juta spesimen tanaman hanya untuk menemukan satu atau dua yang terbaik. Kumpulkan seratus pemikiran untuk pidato Anda, lalu buang sembilan puluh di antaranya. Reservoir yang penuh akan memastikan aliran gagasan yang deras dan meyakinkan.

  4. Susun Kerangka Pidato Anda Tanpa struktur yang jelas, sebuah pidato akan menjadi kumpulan gagasan yang membingungkan. Seperti yang dikatakan oleh filsuf Herbert Spencer: “Ketika pengetahuan seseorang tidak teratur, semakin banyak yang ia miliki, semakin besar kebingungan pikirannya.” Sebuah kerangka yang logis berfungsi sebagai peta yang memandu baik Anda maupun audiens Anda dari titik awal ke tujuan akhir tanpa tersesat.

Setelah cetak biru persiapan ini selesai, saatnya untuk fokus pada elemen-elemen struktur pidato itu sendiri untuk memastikan dampak maksimal.

14 3. Menyusun Struktur untuk Dampak Maksimal

Sama seperti sebuah bangunan yang membutuhkan fondasi, pilar, dan atap, sebuah pidato yang efektif juga membutuhkan arsitektur yang jelas: pembukaan, isi, dan penutup. Setiap bagian memainkan peran strategis dalam merebut perhatian, menanamkan pesan, dan meninggalkan kesan yang mendalam di benak audiens.

14.1 3.1. Pembukaan yang Memikat

Kesan pertama sangatlah penting. Beberapa kalimat pertama Anda dapat menentukan apakah audiens akan mendengarkan dengan saksama atau mulai melamun. Berikut adalah beberapa teknik yang telah teruji untuk menarik perhatian audiens secara instan:

  • Bangkitkan Rasa Ingin Tahu: Mulailah dengan pernyataan yang membuat audiens bertanya-tanya. Contohnya, Lloyd George pernah membuka pidato dengan menggambarkan Kolonel Lawrence sebagai salah satu “karakter paling romantis dan penuh warna di zaman modern.”

  • Ceritakan Kisah Humanis: Manusia pada dasarnya tertarik pada cerita tentang manusia lain. Ceramah legendaris “Acres of Diamonds” menjadi sangat sukses karena selalu dibuka dengan sebuah cerita yang menarik.

  • Gunakan Ilustrasi Spesifik: Tunjukkan sebuah objek untuk dilihat audiens. Seorang pembicara pernah membuka pidatonya dengan hanya mengangkat sebuah koin dan menunjukkannya kepada audiens.

  • Ajukan Pertanyaan Retoris: Libatkan audiens secara mental sejak awal. Contoh: “Pernahkah ada di antara Anda yang menemukan koin seperti ini di trotoar?”

  • Gunakan Kutipan yang Menghentak: Sebuah kutipan yang kuat dapat langsung menetapkan nada pidato Anda. Contoh: kutipan dari Elbert Hubbard, “Dunia memberikan hadiah besarnya… untuk satu hal, dan itu adalah inisiatif.”

  • Tunjukkan Relevansi dengan Kepentingan Vital Audiens: Hubungkan topik Anda secara langsung dengan kehidupan, bisnis, atau kesejahteraan audiens. Tunjukkan mengapa mereka harus peduli.

  • Sajikan Fakta yang Mengejutkan: Fakta yang tidak terduga dapat langsung menyentak audiens dari kelesuan. Contoh: “Bangsa Amerika adalah penjahat terburuk di dunia yang beradab.”

Dua Kesalahan Umum yang Harus Dihindari:

  • Jangan Pernah Meminta Maaf: Memulai dengan permintaan maaf (“Saya bukan pembicara yang baik,” atau “Saya tidak siap”) hanya akan membuat audiens kehilangan respek dan minat.

  • Hindari Memulai dengan Lelucon yang Dipaksakan: Humor yang relevan dan muncul secara alami sangat bagus, tetapi lelucon yang usang dan tidak berhubungan sering kali gagal dan menciptakan suasana canggung.

14.2 3.2. Isi Pidato yang Jelas dan Berdaging

Setelah Anda berhasil merebut perhatian, Anda harus menyajikan isi pidato yang terstruktur dengan baik dan mudah dicerna.

  • Prinsip “Kue Lapis”: Sajikan pidato Anda seperti kue lapis. Mulailah dengan sebuah pernyataan umum, kemudian lapisi dengan ilustrasi atau contoh konkret, lalu kembali ke pernyataan umum. Model ini membuat gagasan abstrak menjadi hidup dan mudah diingat. B.A. Forbes menggunakan teknik ini dengan sangat baik saat menulis tentang eksekutif yang mendelegasikan tanggung jawab; ia menyatakan prinsipnya, lalu memberikan contoh spesifik tentang Woolworth dan Charles Schwab.

  • Fokus pada Beberapa Poin Kunci: Jangan mencoba mencakup seluruh aspek dari sebuah topik yang luas dalam satu pidato singkat. Itu adalah resep untuk kebingungan dan kebosanan. Sebaliknya, pilih satu atau dua poin kunci, dan kembangkan secara memadai dengan ilustrasi, fakta, dan argumen yang kuat.

14.3 3.3. Penutup yang Mengesankan

Bagian penutup adalah kesempatan terakhir Anda untuk memperkuat pesan dan meninggalkan kesan yang abadi. Akhiri pidato Anda dengan kuat, jangan biarkan ia meredup begitu saja. Berikut adalah beberapa metode penutup yang efektif:

  • Menyimpulkan Poin-Poin Utama: Rangkum kembali gagasan-gagasan inti pidato Anda secara singkat dan jelas untuk menyegarkan ingatan audiens.

  • Mengajak Bertindak: Berikan seruan yang jelas dan spesifik kepada audiens tentang apa yang Anda ingin mereka lakukan setelah mendengar pidato Anda.

  • Memberikan Pujian yang Tulus: Mengakhiri dengan pujian yang tulus kepada audiens dapat meninggalkan perasaan hangat dan positif. Teknik ini sering digunakan Charles Schwab, yang mungkin akan mengakhiri pidatonya dengan pujian tulus seperti menyebut Pennsylvania sebagai “batu kunci dari lengkungan bisnis kita.”

  • Menggunakan Humor: Mengakhiri dengan humor yang relevan dapat membuat audiens meninggalkan ruangan dengan senyum dan kenangan yang menyenangkan.

  • Mengutip Puisi: Sebuah kutipan puitis dapat memberikan sentuhan keindahan, martabat, dan emosi pada penutup Anda. Sir Harry Lauder sering menutup pidatonya dengan puisi singkat tentang cinta dan persahabatan.

  • Membangun Klimaks: Susun penutup Anda menuju puncak retoris atau emosional yang kuat. Pidato Wendell Phillips tentang Toussaint L’Ouverture adalah contoh klasik, di mana ia membandingkan sang pahlawan dengan Napoleon, Cromwell, dan Washington, dan diakhiri dengan menempatkannya “di atas mereka semua.”

Struktur yang hebat harus didukung oleh penyampaian yang sama hebatnya untuk benar-benar menggerakkan audiens.

15 4. Suara Pengaruh: Menguasai Penyampaian Vokal

Penyampaian adalah elemen yang sering kali diremehkan, namun ia adalah kekuatan pendorong di balik kata-kata. Sebuah analogi yang kuat menggambarkan hal ini: “Anda dapat melemparkan peluru berlapis baja ke seseorang sekuat tenaga dan tidak akan membuat penyok pada pakaiannya. Namun, letakkan bubuk mesiu di belakang lilin gemuk dan Anda bisa menembakkannya menembus papan pinus.” Dalam berbicara, semangat, keyakinan, dan teknik vokal adalah “bubuk mesiu” yang mengubah kata-kata biasa menjadi pesan yang menembus hati dan pikiran.

15.1 4.1. Prinsip Inti: Kenaturalan yang Ditingkatkan

Penyampaian yang baik pada dasarnya adalah percakapan yang diperkuat. Jangan mencoba menjadi orang lain di atas panggung. Bicaralah kepada ratusan orang seolah-olah Anda sedang berbicara dengan satu individu, dengan mempertahankan kenaturalan dan keaslian yang sama. Namun, percakapan ini harus diperkuat—dengan lebih banyak energi, volume yang lebih besar, dan semangat yang lebih tinggi untuk menjangkau seluruh audiens. Debat antara Lincoln dan Douglas adalah contoh sempurna; keduanya adalah pembicara yang sangat efektif justru karena mereka berani menjadi diri mereka sendiri. Lincoln yang sederhana dan apa adanya sama kuatnya dengan Douglas yang halus dan terpoles, karena keduanya otentik.

15.2 4.2. Empat Elemen Variasi Vokal

Monoton adalah pembunuh minat. Untuk menjaga agar penyampaian Anda tetap hidup dan dinamis, kuasai empat elemen variasi vokal berikut:

  • Penekanan (Emphasis) Dalam setiap kalimat, ada kata-kata kunci yang membawa makna utama—sebut saja “kata-kata puncak gunung”. Berikan tekanan atau penekanan pada kata-kata ini, dan lewati kata-kata yang kurang penting (seperti ‘dan’, ‘tetapi’, ‘sebuah’) dengan lebih ringan. Cara ini akan membuat makna kalimat Anda menjadi jernih dan kuat.

  • Nada (Pitch) Nada suara Anda harus bergerak naik dan turun seperti melodi. Suara yang datar dan berada pada satu nada akan dengan cepat membuat audiens mengantuk. Gunakan nada yang lebih tinggi untuk mengekspresikan kegembiraan atau pertanyaan, dan nada yang lebih rendah untuk menyampaikan keseriusan atau kesimpulan. Variasi nada menambahkan warna emosional pada pidato Anda.

  • Tempo (Rate) Ubah kecepatan bicara Anda. Perlambat tempo saat Anda menyampaikan gagasan yang sangat penting, seolah-olah Anda ingin setiap kata meresap. Sebaliknya, percepat tempo saat Anda menceritakan bagian yang kurang krusial atau membangun antusiasme. Perubahan kecepatan ini menciptakan ritme yang menarik dan membantu menekankan poin-poin kunci.

  • Jeda (Pause) Keheningan bisa menjadi alat yang sangat ampuh. Gunakan jeda strategis sebelum Anda menyampaikan sebuah ide penting untuk membangun antisipasi dan menarik perhatian penuh. Gunakan jeda setelah ide penting untuk memberikan waktu bagi audiens agar pesan tersebut meresap dan mereka dapat merenungkannya. Lincoln adalah seorang master dalam menggunakan jeda; keheningannya sering kali berbicara lebih keras daripada kata-katanya.

15.3 4.3. Teknik Pernapasan Diafragma

Suara yang kuat dan bergema berasal dari pernapasan yang benar. Pernapasan yang dangkal dari dada akan menghasilkan suara yang lemah dan tipis. Kuncinya adalah pernapasan diafragma.

  • Apa itu Pernapasan Diafragma? Ini adalah cara bernapas yang alami, seperti yang dilakukan bayi atau orang dewasa saat tidur telentang. Saat Anda menarik napas, diafragma (otot di bawah paru-paru) akan turun, mendorong perut ke luar. Ini memungkinkan paru-paru terisi penuh dengan udara, memberikan Anda cadangan napas yang cukup untuk menghasilkan suara yang kuat dan terkontrol.

  • Latihan Praktis:

    1. Berbaring telentang di tempat tidur pada malam hari sebelum tidur dan pagi hari setelah bangun.

    2. Tarik napas dalam-dalam. Letakkan jari-jari Anda tepat di bawah tulang dada. Rasakan diafragma Anda mendatar dan mendorong keluar.

    3. Sekarang letakkan tangan Anda di kedua sisi, di sepanjang tulang rusuk bagian bawah. Tarik napas dalam-dalam lagi. Rasakan paru-paru yang seperti balon mendorong tulang rusuk melayang Anda ke luar.

    4. Hembuskan napas perlahan melalui mulut, rasakan perut dan sisi tubuh Anda kembali mengempis.

    5. Lakukan latihan ini selama lima menit setiap pagi dan malam. Ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas suara Anda, tetapi juga menenangkan saraf dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Suara yang kuat dan terlatih harus digunakan untuk menyampaikan pesan yang persuasif dan menggerakkan audiens untuk bertindak.

16 5. Seni Persuasi: Menggerakkan Hati dan Pikiran

Tujuan akhir dari banyak pidato profesional bukanlah sekadar untuk menginformasikan, tetapi untuk meyakinkan, mengubah keyakinan, dan mendorong tindakan. Untuk mencapai hal ini, seorang pembicara harus memahami psikologi persuasi. Pesan yang paling meyakinkan sering kali tidak hanya menyentuh akal, tetapi juga menggerakkan hati.

16.1 5.1. Kekuatan Antusiasme dan Ketulusan

Persuasi sejati lebih sering terjadi dari hati ke hati daripada dari pikiran ke pikiran. Seperti yang dikatakan oleh William Jennings Bryan, “Elokuensi… adalah pikiran yang terbakar.”

  • Antusiasme Itu Menular: Jika Anda tidak bersemangat tentang pesan Anda, jangan harap audiens Anda akan bersemangat. Antusiasme adalah emosi yang sangat menular. Ketika Anda berbicara dengan keyakinan yang mendalam dan semangat yang tulus, audiens akan ikut merasakannya.

  • Ketulusan Tidak Bisa Dipalsukan: Audiens memiliki indra keenam untuk mendeteksi ketidaktulusan. Jika Anda tidak benar-benar percaya pada apa yang Anda katakan, itu akan terlihat dari nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh Anda. Oleh karena itu, “persiapan hati” sama pentingnya dengan “persiapan kepala.” Saya pernah melatih beberapa bankir untuk berbicara dalam sebuah kampanye hemat. Salah satunya kurang memiliki kekuatan karena ia hanya berbicara karena ingin berbicara, bukan karena ia terbakar semangat untuk berhemat. Langkah pertama adalah menghangatkan hati dan pikirannya. Saya memintanya untuk berpikir mengapa topik ini penting: bahwa lebih dari 85% orang tidak meninggalkan apa-apa saat meninggal, dan bahwa ia sedang membantu orang-orang untuk memiliki kenyamanan di hari tua dan melindungi keluarga mereka. Ia harus merasa sedang melakukan pelayanan sosial yang hebat. Setelah ia meresapi keyakinan ini, pidatonya menjadi penuh semangat dan sangat persuasif.

16.2 5.2. Menarik Motif-motif Tindakan Manusia

Untuk membujuk orang agar bertindak, Anda harus menghubungkan proposal Anda dengan keinginan-keinginan dasar mereka. Psikologi menunjukkan ada beberapa motif utama yang mendorong tindakan manusia.

Motif Pendorong Penjelasan dan Cara Memanfaatkannya
Keinginan untuk Memperoleh Keuntungan Ini adalah salah satu motivator paling kuat. Tunjukkan kepada audiens bagaimana proposal Anda akan menguntungkan mereka secara finansial, meningkatkan pendapatan, atau menghemat uang.
Perlindungan Diri dan Keinginan untuk Hidup Hubungkan pesan Anda dengan kesehatan, keselamatan, dan kelangsungan hidup audiens. Tunjukkan bagaimana tindakan yang Anda usulkan akan melindungi mereka atau keluarga mereka dari bahaya.
Kebanggaan dan Harga Diri Manusia memiliki keinginan kuat untuk dihormati, dikagumi, dan dianggap penting. Abraham Lincoln pernah memenangkan kasus hukum dengan tidak berargumen tentang hukum, melainkan dengan menarik kebanggaan Snow bersaudara, membuat mereka merasa terlalu terhormat untuk mengambil keuntungan dari seorang veteran perang.
Cinta dan Kasih Sayang Seruan terhadap emosi sentimental—cinta pada keluarga, teman, atau komunitas—sangatlah kuat. Tunjukkan bagaimana tindakan yang diusulkan akan membantu atau melindungi orang-orang yang mereka cintai.
Keadilan dan Idealisme Manusia dapat terinspirasi untuk melakukan pengorbanan besar demi rasa keadilan, moralitas, atau keyakinan. Sengketa perbatasan antara Argentina dan Chili yang hampir memicu perang berhasil diselesaikan melalui seruan perdamaian atas nama Kristus, yang menyentuh idealisme dan keyakinan agama kedua bangsa.

16.3 5.3. Memulai dari Titik Persamaan

Saat menghadapi audiens yang mungkin memiliki pandangan berlawanan, jangan pernah memulai dengan menyerang posisi mereka. Itu hanya akan membuat mereka bertahan dan menutup pikiran. Strategi yang jauh lebih efektif adalah memulai dari landasan bersama (common ground).

Contohnya, saat Senator Lodge harus berdebat tentang Liga Bangsa-Bangsa di hadapan audiens yang pro-Liga, ia tidak memulai dengan menyerang Liga. Sebaliknya, ia memulai dengan menekankan tujuan bersama mereka: patriotisme, cinta pada Amerika, dan keinginan untuk menjaga perdamaian. Ia berkata, “Saya sama cemasnya dengan siapa pun untuk memastikan bahwa perdamaian yang telah kita menangkan akan terjaga.” Dengan membangun kesepakatan pada tujuan akhir, ia membuat audiens lebih terbuka untuk mendengarkan perbedaannya mengenai cara mencapai tujuan tersebut. Selalu temukan titik persamaan sebelum Anda masuk ke area perbedaan.

Setelah memahami cara menyusun pesan yang persuasif, langkah selanjutnya adalah menyempurnakan penampilan Anda secara keseluruhan.

17 6. Memoles Penampilan: Kehadiran Panggung dan Diksi

Seorang pembicara dinilai secara holistik. Audiens tidak hanya mendengar apa yang Anda katakan, tetapi mereka juga melihat bagaimana Anda menampilkan diri. Kehadiran panggung Anda—bahasa tubuh, energi, dan ekspresi wajah—serta pilihan kata yang Anda gunakan, semuanya berkontribusi pada dampak keseluruhan dari pesan Anda.

17.1 6.1. Kehadiran Panggung dan Bahasa Tubuh

Aspek visual dari penyampaian Anda dapat memperkuat atau justru melemahkan kata-kata Anda. Berikut adalah beberapa elemen kunci untuk diperhatikan:

  • Energi dan Vitalitas: Semangat itu menarik. Pembicara yang tampil dengan energi dan vitalitas akan lebih mudah merebut dan mempertahankan perhatian. Tunjukkan bahwa Anda antusias berada di sana.

  • Sikap dan Postur: Berdirilah tegak dengan dada terangkat. Postur yang percaya diri akan memancarkan keyakinan kepada audiens bahkan sebelum Anda mengucapkan sepatah kata pun.

  • Ekspresi Wajah: Senyum yang tulus adalah cara tercepat untuk membangun hubungan baik dengan audiens. Senyum menunjukkan kehangatan dan membuat Anda lebih mudah didekati. Biarkan wajah Anda mengekspresikan emosi yang terkandung dalam pesan Anda.

  • Gerakan (Gesture): Gerakan tangan harus muncul secara alami dari dorongan batin, bukan dihafalkan dari buku. Gerakan Lincoln digambarkan “canggung” namun sangat efektif karena lahir dari keyakinan yang tulus. Sebaliknya, gerakan Douglas yang “halus” juga efektif karena itu adalah cerminan dari dirinya. Douglas yang terpelajar berbicara dengan cepat laksana angin puyuh; Lincoln sang perintis berbicara lebih tenang, dalam, dan penuh pertimbangan. Keduanya kuat karena mereka berani menjadi diri sendiri. Gerakan yang otentik, meskipun tidak sempurna, jauh lebih baik daripada gerakan yang dipaksakan dan terlihat artifisial.

17.2 6.2. Memilih Kata yang Tepat (Diksi)

Kata-kata adalah alat utama seorang pembicara. Penguasaan bahasa yang kaya dan akurat akan meningkatkan kekuatan dan keindahan pidato Anda secara dramatis.

  • Hindari Klise: Jauhi frasa yang usang dan basi yang telah kehilangan semua maknanya karena terlalu sering digunakan. Ungkapan seperti “sepak terjang,” “di luar kotak,” atau “ujung tombak” sering kali membuat pidato terdengar malas dan tidak orisinal.

  • Gunakan Bahasa yang Konkret dan Bergambar: Jangan hanya mengatakan sesuatu itu “baik.” Lukiskan sebuah gambaran di benak audiens. Alih-alih mengatakan, “Kondisinya buruk,” katakan, “Atapnya bocor dan catnya mengelupas dari dinding.” Bahasa yang konkret dan visual jauh lebih menarik dan mudah diingat daripada pernyataan abstrak.

  • Perkaya Kosakata Anda: Cara terbaik untuk memperkaya kosakata adalah dengan mencontoh para master. Abraham Lincoln, yang pendidikannya terbatas, secara teratur membaca karya-karya Shakespeare dengan suara keras untuk menyerap ritme dan kekayaan bahasanya. Robert Louis Stevenson, seorang penulis dengan gaya yang indah, mengaku bahwa ia “meniru dengan tekun” (played the sedulous ape) karya-karya penulis hebat untuk mengasah kemampuannya sendiri. Bacalah literatur berkualitas, perhatikan kata-kata baru, dan latihlah penggunaannya.

Kini, Anda telah memiliki semua elemen yang dibutuhkan. Langkah terakhir adalah menggabungkannya melalui latihan yang konsisten.

18 Kesimpulan: Jalan Menuju Keahlian adalah Latihan Tanpa Henti

Manual ini telah membekali Anda dengan pilar-pilar utama dalam seni berbicara persuasif: membangun kepercayaan diri yang tak tergoyahkan, merancang pidato dengan persiapan yang cermat, menyusun struktur yang kuat, menguasai penyampaian yang dinamis, dan memahami psikologi persuasi yang tulus. Setiap elemen ini krusial, tetapi sebagai pelatih, saya harus menekankan bahwa semuanya akan sia-sia tanpa satu bahan pamungkas yang mengikat semuanya: latihan yang tiada henti.

Tidak ada jalan pintas menuju keahlian. Kemampuan berbicara yang hebat ditempa melalui pengulangan yang tak kenal lelah. Kisah inspiratif dari tiga ikon terbesar di era mereka—Charlie Chaplin, Douglas Fairbanks, dan Mary Pickford—memberikan pelajaran yang sempurna. Selama dua tahun, hampir setiap malam, mereka memainkan sebuah permainan sederhana. Masing-masing akan menulis sebuah subjek di secarik kertas, lalu setiap orang akan mengambil satu secara acak dan harus berbicara selama enam puluh detik tentang topik tersebut, apa pun itu—dari “Keyakinan” hingga “Kap Lampu.”

Melalui permainan ini, mereka tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka, tetapi yang lebih penting, mereka “belajar berpikir saat berdiri.” Inilah seruan terakhir saya bagi Anda: berlatihlah. Berbicara di setiap kesempatan yang ada. Bergabunglah dengan klub diskusi. Latih pidato Anda di depan cermin. Rekam suara Anda dan dengarkan kembali. Seperti yang telah dibuktikan oleh para master, jalan menuju kefasihan dan kepercayaan diri tidak dibangun di atas teori, tetapi diaspal dengan praktik yang konsisten. Teruslah berlatih, dan Anda akan menemukan kekuatan suara Anda.


19 Lampiran: Teks Pidato untuk Bahan Studi

Pidato berikut, “Acres of Diamonds” oleh Russell H. Conwell, adalah salah satu ceramah paling terkenal dan paling sering disampaikan dalam sejarah. Ia telah disampaikan lebih dari 6.000 kali dan menghasilkan jutaan dolar, yang sebagian besar disumbangkan oleh Dr. Conwell untuk pendidikan.

Pidato ini adalah contoh klasik tentang bagaimana sebuah cerita humanis yang sederhana, pengulangan tema yang efektif, dan pesan yang berpusat pada peluang yang ada di sekitar audiens dapat menciptakan dampak yang luar biasa dan abadi. Perhatikan bagaimana ia memulai dengan sebuah cerita untuk menarik perhatian dan terus-menerus kembali ke gagasan sentral bahwa kekayaan sejati—“acres of diamonds”—sering kali berada tepat di halaman belakang kita sendiri, jika kita mau melihatnya.

19.1 Acres of Diamonds

Oleh Russell H. Conwell

“Acres of Diamonds” yang telah saya sebutkan selama bertahun-tahun dapat ditemukan di Philadelphia, dan Anda harus menemukannya. Banyak yang telah menemukannya. Dan apa yang telah dilakukan seseorang, orang lain pun bisa melakukannya. Saya tidak bisa menemukan sesuatu yang lebih baik untuk mengilustrasikan pemikiran saya selain sebuah cerita yang telah saya ceritakan berulang kali, dan yang kini dapat ditemukan di buku-buku di hampir setiap perpustakaan.

Pada tahun 1870, kami melakukan perjalanan menyusuri Sungai Tigris. Kami menyewa seorang pemandu di Bagdad untuk menunjukkan kami Persepolis, Niniwe, dan Babilonia, serta negara-negara kuno Asiria hingga ke Teluk Arab. Ia sangat mengenal daerah tersebut, tetapi ia adalah tipe pemandu yang suka menghibur pelanggannya; ia seperti tukang cukur yang menceritakan banyak kisah untuk mengalihkan pikiran Anda dari goresan dan sayatan. Ia menceritakan begitu banyak kisah sehingga saya bosan dan menolak untuk mendengarkan—memalingkan muka setiap kali ia memulai; hal ini membuat pemandu itu sedikit marah. Saya ingat menjelang malam ia melepas topi Turki-nya dan mengayunkannya di udara. Saya tidak mengerti gerakannya dan tidak berani menatapnya karena takut menjadi korban cerita lain. Tetapi, meskipun saya bukan seorang wanita, saya tetap melihat, dan begitu saya menoleh ke arah pemandu yang terhormat itu, ia mulai lagi. Ia berkata, “Saya akan menceritakan sebuah kisah yang saya simpan untuk teman-teman istimewa saya!” Maka, karena menganggap diri saya sebagai teman istimewa, saya pun mendengarkan, dan saya selalu bersyukur telah melakukannya.

Ia bercerita tentang seorang pria Persia kuno bernama Al Hafed, yang tinggal di dekat Sungai Indus. Ia memiliki sebuah peternakan besar, kebun, dan ternak. Ia adalah seorang yang kaya dan puas. Suatu hari, seorang pendeta Buddha tua datang dan menceritakan kepadanya tentang berlian. Pendeta itu berkata, “Jika engkau memiliki segenggam berlian, engkau bisa membeli seluruh negeri.”

Al Hafed mendengar semua tentang berlian, betapa berharganya mereka, dan malam itu ia tidur sebagai orang miskin. Ia tidak miskin, tetapi ia miskin karena ia tidak puas, dan ia tidak puas karena ia merasa seharusnya bisa menjadi sangat kaya. Ia terbangun pagi-pagi, menjual peternakannya, meninggalkan keluarganya, dan pergi mencari berlian.

Ia memulai dari Palestina, lalu ke Eropa, dan akhirnya menghabiskan seluruh uangnya. Dalam keadaan miskin, compang-camping, dan kelaparan, ia berdiri di tepi pantai di Barcelona, Spanyol, ketika sebuah gelombang besar datang dan menjatuhkannya, dan ia pun tenggelam.

Sementara itu, orang yang membeli peternakan Al Hafed suatu hari membawa untanya ke sungai di taman untuk minum. Saat unta itu memasukkan moncongnya ke air, pria itu melihat kilatan cahaya dari pasir di dasar sungai. Ia mengambil sebuah batu hitam yang memantulkan cahaya dari setiap sudut. Ia membawanya pulang dan meletakkannya di atas perapian.

Beberapa hari kemudian, pendeta yang sama datang berkunjung. Ia melihat cahaya dari batu itu dan berteriak, “Itu berlian! Apakah Al Hafed sudah kembali?” “Oh, tidak,” kata pemilik baru itu, “itu hanya batu yang saya temukan di taman.” “Bukan!” kata pendeta itu, “Saya tahu berlian saat melihatnya. Itu adalah berlian!”

Lalu mereka bergegas ke taman, mengaduk-aduk pasir putih dengan jari-jari mereka, dan menemukan lebih banyak berlian yang lebih indah dan berharga daripada yang pertama. Dan demikianlah, kata sang pemandu, tambang berlian Golconda ditemukan, tambang paling megah dalam sejarah umat manusia, melebihi Kimberley dalam nilainya. Berlian Koh-i-Noor yang agung dalam perhiasan mahkota Inggris dan berlian mahkota terbesar di dunia dalam perhiasan mahkota Rusia, yang sering saya harapkan akan mereka jual sebelum berdamai dengan Jepang, berasal dari tambang itu, dan ketika pemandu tua itu telah menarik perhatian saya pada penemuan luar biasa itu, ia melepas topi Turki-nya lagi dan mengayunkannya di udara untuk menarik perhatian saya pada moralnya. Para pemandu Arab itu memiliki moral untuk setiap cerita, meskipun cerita-ceritanya tidak selalu bermoral. Ia berkata, seandainya Al Hafed tetap tinggal di rumah dan menggali di ruang bawah tanahnya atau di kebunnya sendiri, alih-alih mengalami penderitaan, kelaparan, kemiskinan, dan kematian di negeri asing, ia akan memiliki “acres of diamonds”—karena setiap jengkal, ya, setiap sekop dari peternakan tua itu kemudian menyingkapkan permata yang sejak saat itu menghiasi mahkota para raja. Ketika ia memberikan moral dari ceritanya, saya mengerti mengapa ia menyimpan cerita ini untuk “teman-teman istimewanya.” Saya tidak memberitahunya bahwa saya bisa melihatnya; saya tidak akan memberitahu orang Arab tua itu bahwa saya bisa melihatnya. Karena itu adalah cara orang Arab tua yang jahat itu untuk berkeliling, seperti seorang pengacara, dan mengatakan secara tidak langsung apa yang tidak berani ia katakan secara langsung, bahwa ada seorang pemuda tertentu yang hari itu melakukan perjalanan menyusuri Sungai Tigris yang seharusnya lebih baik berada di rumahnya di Amerika. Saya tidak memberitahunya bahwa saya bisa melihatnya.

Saya menceritakan kisah itu kepada sekelompok orang di Wisconsin, dan seorang pria datang setelah ceramah dan berkata: “Cerita itu benar. Saya seorang mahasiswa yang belajar mineralogi, dan saya diberitahu bahwa ada tambang timah di Wisconsin utara, tetapi saya tidak pernah menemukannya. Saya kembali ke rumah, dan ayah saya memberi tahu saya di surat wasiatnya bahwa dia memiliki peternakan kecil, tetapi dia tidak pernah menyimpan cukup uang untuk melunasi hipoteknya. Setelah pemakaman ayah saya, saya harus mengambil alih peternakan itu. Peternakan itu memiliki sungai kecil yang berkelok-kelok, dan suatu hari saya sedang memancing di sungai itu. Saat saya melintasi sungai, saya tersandung sebuah batu, dan itu mengingatkan saya pada penemuan tembaga di California dua puluh tahun sebelumnya, dan saya mengambil batu itu. Ternyata itu adalah sepotong tembaga. Saya menjual peternakan itu seharga tujuh belas ribu dolar.” Empat tahun kemudian saya kembali ke tempat itu dan bertanya kepada pria yang membeli peternakan itu: “Berapa nilai peternakan Anda sekarang?” “Oh,” katanya, “tanyakan pada direktur perusahaan, saya bukan lagi pemiliknya.” “Apa yang Anda lakukan dengan peternakan itu?” “Yah, kami menggali di sungai itu selama satu setengah tahun, dan kami mengambil sembilan puluh ribu ton tembaga.” Penemuan tambang tembaga Calumet dan Hecla yang luar biasa adalah akibat dari seorang pria yang tersandung batu saat menyeberangi sungai. Dia hampir melewatkannya.

Kisah yang sama diceritakan tentang penemuan ladang minyak di Pennsylvania. Ada seorang pria yang memiliki peternakan di sana, dan dia menjualnya. Dia hampir tidak mendapatkan apa-apa. Dia pindah ke Kanada dan bekerja di sana untuk mengumpulkan uang untuk menghidupi keluarganya dari pekerjaan sehari-hari. Suatu hari dia kembali, dan menemukan peternakan yang pernah dia miliki telah menghasilkan minyak, dan mereka telah memasang sumur minyak dan mesin, dan pria itu, yang hanya hidup dari pekerjaan sehari-hari, sekarang bernilai jutaan.

Saya punya cerita lain yang saya ceritakan di sini, dan saya tidak tahu di mana harus menempatkannya, jadi saya akan menceritakannya sekarang. Itu cocok di mana saja. Saya menceritakan ceramah ini di Newburyport, Massachusetts. Malam berikutnya saya kembali ke hotel, dan saya dihampiri oleh seorang pria yang berkata: “Tuan Conwell, saya telah belajar sesuatu dari ceramah Anda malam ini. Saya telah berpikir tentang hal itu. Saya seorang profesor di sebuah politeknik di sini, dan saya telah mengajarkan kepada para pemuda saya selama bertahun-tahun bahwa jika mereka ingin sukses besar dalam mineralogi, mereka harus pergi ke tempat lain. Saya menyuruh mereka pergi ke tempat lain, tetapi saya akan pulang dan mengatakan kepada mereka bahwa jika mereka ingin membuat penemuan besar, mereka bisa menemukannya di sini. Dan untuk membuktikan bahwa saya benar, tuan, saya tahu ada sebuah tambang perak di Newburyport.” “Di Newburyport?” Saya bertanya. “Ya, Pak, di Newburyport.” Dia membawa saya berkeliling ke rumah seorang penjahit dan menunjukkan kepada saya spesimen perak. Saya bertanya di mana dia menemukannya. Dia tidak mau memberitahu saya. Saya berkata: “Saya akan menceramahi lagi, dan saya ingin tahu faktanya sehingga saya bisa menceritakannya.” Maka dia memberi tahu saya rahasianya. Itu adalah miliknya sendiri. Dia telah menggali di sebuah gua tua, dan dari gua itu dia mengeluarkan spesimen perak itu dan meleburnya sendiri. Dia tidak memberi tahu siapa pun tentang hal itu.

Ketika dia telah bercerita, saya bertanya: “Mengapa Anda tidak membeli peternakan itu dan menggalinya?” Dia menjawab bahwa dia tidak punya uang dan tidak bisa meminjamnya. Dia berkata: “Saya tahu ada tambang di sana, dan saya tahu itu adalah satu-satunya tambang perak di Massachusetts, dan saya tidak tahu mengapa saya tidak mencoba mendapatkan uang dan menggalinya.” Saya tidak tahu. Saya tahu bahwa ada seseorang di Newburyport yang, meskipun dia hanya seorang penjahit, yang memiliki akal sehat yang luar biasa. Saya tidak tahu namanya. Saya hanya tahu bahwa dia adalah seorang penjahit di Newburyport. Dia mendengar ceramah saya, dan setelah ceramah dia berkata kepada istrinya: “Sayang, saya akan membeli peternakan itu.” “Tapi,” katanya, “Anda tidak punya uang.” “Saya akan meminjamnya.” “Tapi para penjahit tidak bisa meminjam uang.” “Saya bisa,” katanya, “saya akan pergi ke bank dan saya akan mengatakan kepada mereka bahwa saya tahu ada tambang perak di sana, dan saya akan meminjam uang untuk menggalinya.” Jadi dia pergi ke bank, meminjam uang, membeli peternakan itu, dan dalam waktu delapan bulan dia menjual peternakan itu seharga enam puluh ribu dolar.

Tetapi karena dia adalah putra satu-satunya, dia mendapatkan apa yang diinginkannya—mereka selalu begitu; dan mereka menjual di Massachusetts dan pergi ke Wisconsin, di mana dia bekerja di Superior Copper Mining Company, dan dia hilang dari pandangan dalam pekerjaan di perusahaan itu dengan gaji lima belas dolar seminggu lagi. Dia juga akan mendapat bagian dalam tambang apa pun yang dia temukan untuk perusahaan itu. Tapi saya tidak percaya dia pernah menemukan tambang—saya tidak tahu apa-apa tentang itu, tetapi saya tidak percaya dia punya. Saya tahu dia hampir tidak pergi dari rumah tua itu sebelum petani yang membeli rumah itu pergi untuk menggali kentang, dan saat dia membawanya masuk dalam keranjang besar melalui gerbang depan, ujung dinding batu begitu berdekatan di gerbang sehingga keranjang itu sangat terjepit. Jadi dia meletakkan keranjang di tanah dan menarik, pertama di satu sisi lalu di sisi lain. Peternakan kami di Massachusetts sebagian besar adalah dinding batu, dan para petani harus berhemat dengan gerbang mereka agar punya tempat untuk meletakkan batu. Keranjang itu begitu terjepit di sana sehingga saat dia menariknya, dia melihat di batu atas di sebelah gerbang sebuah balok perak asli, delapan inci persegi; dan profesor pertambangan dan mineralogi ini, yang tidak mau bekerja dengan gaji empat puluh lima dolar seminggu, ketika dia menjual rumah itu di Massachusetts, duduk tepat di atas batu itu untuk membuat kesepakatan. Dia dibesarkan di sana; dia telah bolak-balik melewati potongan perak itu, menggosoknya dengan lengan bajunya, dan seolah-olah berkata, “Ayo sekarang, sekarang, sekarang, ini seratus ribu dolar. Mengapa tidak mengambilku?” Tapi dia tidak mau mengambilnya. Tidak ada perak di Newburyport; semuanya ada di tempat lain—yah, saya tidak tahu di mana; dia tidak tahu, tapi di tempat lain—dan dia adalah seorang profesor mineralogi.

Sembilan puluh dari setiap seratus orang di sini telah membuat kesalahan itu hari ini. Saya katakan Anda seharusnya kaya; Anda tidak punya hak untuk menjadi miskin. Hidup di Philadelphia dan tidak kaya adalah sebuah kemalangan, dan itu adalah kemalangan ganda, karena Anda bisa saja kaya sama seperti menjadi miskin. Philadelphia menyediakan begitu banyak peluang. Anda seharusnya kaya. Tetapi orang-orang dengan prasangka agama tertentu akan bertanya, “Bagaimana Anda bisa menghabiskan waktu menasihati generasi muda untuk menghabiskan waktu mereka mencari uang—dolar dan sen—semangat komersial?”

Namun saya harus mengatakan bahwa Anda harus menghabiskan waktu untuk menjadi kaya. Anda dan saya tahu ada beberapa hal yang lebih berharga daripada uang; tentu saja, kita tahu. Ah, ya! Dengan hati yang dibuat sangat sedih oleh sebuah makam yang kini daun-daun musim gugur jatuh di atasnya, saya tahu ada beberapa hal yang lebih tinggi dan lebih agung dan lebih luhur daripada uang. Orang yang telah menderita tahu betul, bahwa ada beberapa hal yang lebih manis dan lebih suci dan lebih sakral daripada emas. Namun demikian, orang yang berakal sehat juga tahu bahwa tidak ada satu pun dari hal-hal itu yang tidak sangat ditingkatkan oleh penggunaan uang. Uang adalah kekuatan. Cinta adalah hal termegah di bumi Tuhan, tetapi beruntunglah kekasih yang memiliki banyak uang. Uang adalah kekuatan; uang memiliki kekuatan; dan bagi seseorang untuk berkata, “Saya tidak ingin uang,” sama dengan berkata, “Saya tidak ingin berbuat baik kepada sesama.” Absurd untuk berbicara seperti itu. Absurd untuk memisahkan mereka. Ini adalah kehidupan yang luar biasa hebat, dan Anda seharusnya menghabiskan waktu Anda untuk mendapatkan uang, karena kekuatan yang ada dalam uang.

Saya ingat, beberapa tahun yang lalu, seorang mahasiswa teologi muda datang ke kantor saya dan mengatakan kepada saya bahwa dia pikir adalah tugasnya untuk datang dan “berdiskusi dengan saya.” Saya bertanya apa yang terjadi, dan dia berkata: “Saya merasa adalah tugas saya untuk datang dan berbicara kepada Anda, tuan, dan mengatakan bahwa Kitab Suci menyatakan bahwa uang adalah akar dari segala kejahatan.” Saya bertanya di mana dia menemukan perkataan itu, dan dia berkata dia menemukannya di Alkitab. Saya bertanya apakah dia telah membuat Alkitab baru, dan dia berkata, tidak, dia tidak punya Alkitab baru, itu ada di Alkitab lama. “Yah,” kata saya, “jika itu ada di Alkitab saya, saya tidak pernah melihatnya. Tolong ambilkan buku teksnya dan biarkan saya melihatnya?” Dia meninggalkan ruangan dan segera masuk dengan Alkitabnya terbuka, dengan semua kebanggaan fanatik dari seorang sektarian sempit, yang mendasarkan keyakinannya pada beberapa salah tafsir Kitab Suci, dan dia meletakkan Alkitab di atas meja di depan saya dan hampir berteriak ke telinga saya, “Itu dia. Anda bisa membacanya sendiri.” Saya berkata kepadanya, “Anak muda, Anda akan belajar, ketika Anda sedikit lebih tua, bahwa Anda tidak bisa mempercayai denominasi lain untuk membacakan Alkitab untuk Anda.” Saya berkata, “Sekarang, Anda berasal dari denominasi lain. Tolong bacakan untuk saya, dan ingat bahwa Anda diajar di sekolah di mana penekanan adalah eksegesis.” Jadi dia mengambil Alkitab dan membacanya: “Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan.” Maka dia mengatakannya dengan benar. “Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan.” Oh, itu dia. Itu adalah penyembahan terhadap sarana daripada tujuan, meskipun Anda tidak bisa mencapai tujuan tanpa sarana. Ketika seseorang menjadikan uang sebagai berhala daripada tujuan yang dapat digunakannya, ketika dia memeras dolar sampai elang berteriak, maka itu menjadi akar dari segala kejahatan.

Salah satu orang terkaya di negara ini datang ke rumah saya dan duduk di ruang tamu saya dan berkata: “Apakah Anda melihat semua kebohongan tentang keluarga saya di koran?” “Tentu saja saya lihat; saya tahu itu adalah kebohongan ketika saya melihatnya.” “Mengapa mereka berbohong tentang saya seperti itu?” “Yah,” kata saya kepadanya, “jika Anda memberi saya cek seratus juta Anda, saya akan mengambil semua kebohongan itu bersamanya.” “Yah,” katanya, “saya tidak melihat ada gunanya mereka berbicara seperti itu tentang keluarga saya dan saya sendiri. Conwell, katakan terus terang, apa yang Anda pikirkan tentang saya menurut orang Amerika?” “Yah,” kata saya, “mereka pikir Anda adalah penjahat berhati paling hitam yang pernah menginjak tanah ini!” “Tapi apa yang bisa saya lakukan tentang itu?” Tidak ada yang bisa dia lakukan tentang itu, namun dia adalah salah satu orang Kristen paling manis yang pernah saya kenal. Jika Anda mendapatkan seratus juta, Anda akan mendapatkan kebohongan; Anda akan dibohongi, dan Anda dapat menilai kesuksesan Anda dalam bidang apa pun dari kebohongan yang diceritakan tentang Anda.

Saya ingat seorang pria di Hingham, Massachusetts, yang menjadi pembuat mainan. Dia membuat kapal kecil dengan dayung di kedua sisinya. Dia membuat dayung-dayung itu bergerak dengan pegas baja yang diputar. Dia menjual mainan-mainan itu seharga dua puluh lima sen, dan menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Suatu hari dia berkata itu adalah hal yang bodoh, mainan yang bodoh, dan dia tidak akan membuatnya lagi. Ketika saya berada di sana, dia sedang membuat sekop debu dari selembar baja, dan dia bangga dengan sekop debu yang hebat itu. Dia menunjukkan kepada saya surat-surat dari orang-orang di seluruh negeri yang memesan sekop debu itu. Dia telah menjual ribuan sekop debu, tetapi sekop debu itu memiliki gagang yang sangat tipis dan mudah patah. Jadi dia harus menulis surat sepanjang hari dan sepanjang malam untuk menjelaskan bahwa sekop debu itu salah. Dia berkata: “Saya berharap saya tidak pernah memikirkan sekop debu. Saya akan kembali membuat mainan itu jika saya belum menjual patennya.”

Dia menjual patennya kepada seorang pria di New York, yang memulai sebuah pabrik besar. Dia menjual mainan yang sama, dengan warna yang lebih indah, seharga dua puluh lima sen, dan menghasilkan banyak uang. Pria di Hingham menjual hak patennya dengan harga terlalu murah. Dia seharusnya menjualnya dengan harga lebih tinggi. Saya seharusnya tidak memberitahunya, tetapi saya merasa dia seharusnya melakukannya.

Saya sering kagum dengan kurangnya akal sehat pria, dan terutama wanita. Mereka tidak melihat peluang besar yang ada di depan mereka. Saya bertanya kepada istri saya apa yang bisa saya katakan kepada wanita-wanita ini, dan dia berkata, “Katakan pada mereka, jika mereka ingin mendapatkan uang, untuk menemukan beberapa kebutuhan manusia dan memenuhinya.” Itu adalah resep terbaik yang pernah saya dengar, dan itu berlaku untuk wanita dan pria. Jika Anda bisa menemukan sesuatu yang dibutuhkan pria, wanita, dan anak-anak, dan tidak ada orang lain yang menyediakannya, Anda bisa mendapatkan kekayaan Anda. Itu adalah aturan terbaik bahkan jika Anda seorang pengkhotbah.

Peluang terbaik untuk menghasilkan jutaan uang adalah dengan mengamati apa yang dibutuhkan orang. Ilustrasi terbaik yang bisa saya berikan adalah tentang John Jacob Astor, yang adalah seorang anak miskin dan yang menghasilkan semua uang keluarga Astor. Dia menghasilkan lebih banyak daripada yang pernah dihasilkan oleh para penerusnya, namun dia pernah memegang hipotek atas sebuah toko topi wanita di New York, dan karena orang-orang tidak bisa menghasilkan cukup uang untuk membayar bunga dan sewa, dia menyita hipotek itu dan mengambil alih toko itu dan bermitra dengan pria yang telah gagal. Dia menyimpan stok yang sama, tidak memberi mereka modal sepeser pun, dan dia membiarkan mereka sendirian dan pergi keluar dan duduk di sebuah bangku di taman. Di luar sana di bangku taman itu dia memiliki bagian paling penting, dan menurut saya, paling menyenangkan dari bisnis kemitraan itu. Dia sedang memperhatikan para wanita yang lewat; dan di mana ada pria yang tidak akan menjadi kaya dengan bisnis itu? Tetapi ketika John Jacob Astor melihat seorang wanita lewat, dengan bahunya tegap dan kepalanya tegak, seolah-olah dia tidak peduli jika seluruh dunia melihatnya, dia mempelajari topinya; dan sebelum topi itu hilang dari pandangan, dia tahu bentuk bingkainya dan warna hiasannya, ikal—sesuatu di topi. Terkadang saya mencoba menggambarkan topi wanita, tetapi tidak banyak gunanya, karena besok malam sudah ketinggalan zaman. Jadi John Jacob Astor pergi ke toko dan berkata: “Sekarang, letakkan di jendela pajangan topi persis seperti yang saya gambarkan kepada Anda karena,” katanya, “saya baru saja melihat seorang wanita yang menyukai topi seperti itu. Jangan buat lagi sampai saya kembali.” Dan dia pergi lagi dan duduk di bangku taman itu, dan wanita lain dengan bentuk dan warna kulit yang berbeda melewatinya dengan topi bentuk dan warna yang berbeda, tentu saja. “Sekarang,” katanya, “letakkan topi seperti itu di jendela pajangan.” Dia tidak mengisi jendela pajangannya dengan topi dan topi yang mengusir orang dan kemudian duduk di belakang toko dan menangis karena orang-orang pergi ke tempat lain untuk berbelanja. Dia tidak meletakkan topi atau topi di jendela pajangan itu yang sejenisnya belum pernah dia lihat sebelum dibuat.

Di kota kita khususnya, ada peluang besar untuk manufaktur, dan saatnya telah tiba ketika garis ditarik sangat tajam antara pemegang saham pabrik dan karyawan mereka. Sekarang, teman-teman, juga telah datang kesuraman yang mengecewakan di negara ini dan para pekerja mulai merasa bahwa mereka ditahan oleh kerak di atas kepala mereka yang mereka temukan tidak mungkin untuk ditembus, dan pemilik uang aristokrat itu sendiri begitu jauh di atas sehingga dia tidak akan pernah turun untuk membantu mereka. Itulah pemikiran yang ada di benak orang-orang kita. Tetapi, teman-teman, tidak pernah dalam sejarah negara kita ada peluang sebesar sekarang bagi orang miskin untuk menjadi kaya seperti sekarang di kota Philadelphia. Fakta bahwa mereka menjadi putus asa adalah apa yang mencegah mereka menjadi kaya. Itu saja. Jalan terbuka, dan mari kita tetap membukanya antara si miskin dan si kaya.

Saya ingat dengan baik seorang pria di perbukitan asli saya, seorang pria miskin, yang selama dua puluh tahun dibantu oleh kota dalam kemiskinannya, yang memiliki pohon maple yang rindang yang menaungi pondok pria miskin itu seperti sebuah berkah dari atas. Saya ingat pohon itu, karena di musim semi—ada beberapa anak laki-laki nakal di sekitar lingkungan itu ketika saya masih muda—di musim semi pria itu akan meletakkan ember di sana dan saluran untuk menangkap getah maple, dan saya ingat di mana ember itu: dan ketika saya masih muda anak-anak laki-laki itu, oh, sangat jahat, sehingga mereka pergi ke pohon itu sebelum pria itu bangun dari tempat tidur di pagi hari, dan setelah dia pergi tidur di malam hari, dan meminum getah manis itu. Saya bisa bersumpah mereka melakukannya. Dia tidak membuat banyak gula maple dari pohon itu. Tetapi suatu hari dia membuat gula itu begitu putih dan kristal sehingga pengunjung tidak percaya itu adalah gula maple; mengira gula maple harus berwarna merah atau hitam. Dia berkata kepada pria tua itu: “Mengapa Anda tidak membuatnya seperti itu dan menjualnya sebagai penganan?” Pria tua itu menangkap gagasannya dan menemukan “kristal maple batu,” dan sebelum paten itu berakhir, dia memiliki sembilan puluh ribu dolar dan telah membangun sebuah istana yang indah di lokasi pohon itu. Setelah empat puluh tahun memiliki pohon itu, dia terbangun dan menemukan bahwa pohon itu memang memiliki banyak uang di dalamnya. Dan banyak dari kita berada tepat di dekat pohon yang memiliki kekayaan untuk kita, dan kita memilikinya, menguasainya, melakukan apa pun yang kita inginkan dengannya, tetapi kita tidak belajar nilainya karena kita tidak melihat kebutuhan manusia, dan dalam penemuan dan penemuan ini, ini adalah salah satu hal paling romantis dalam hidup.

Saya ingin bertemu dengan orang-orang hebat yang ada di sini malam ini. Orang-orang hebat! Kita tidak punya orang-orang hebat di Philadelphia. Orang-orang hebat! Anda bilang mereka semua berasal dari London, atau San Francisco, atau Roma, atau Manayunk, atau di mana pun selain di sini—di mana pun selain Philadelphia—namun, sebenarnya, ada orang-orang hebat di Philadelphia sama seperti di kota lain seukurannya. Ada pria dan wanita hebat di antara hadirin ini. Orang-orang hebat, saya katakan, adalah orang-orang yang sangat sederhana. Sama banyaknya orang hebat di sini seperti yang bisa ditemukan di mana pun. Kesalahan terbesar dalam menilai orang-orang hebat adalah kita berpikir bahwa mereka selalu memegang jabatan. Dunia tidak tahu apa-apa tentang orang-orang terbesarnya. Siapakah orang-orang hebat di dunia? Pria dan wanita muda mungkin bertanya. Tidak perlu mereka memegang jabatan, namun itulah gagasan populer. Itulah gagasan yang kita ajarkan sekarang di sekolah menengah dan sekolah dasar kita, bahwa orang-orang hebat di dunia adalah mereka yang memegang jabatan tinggi, dan kecuali kita mengubahnya segera dan menyingkirkan prasangka itu, kita akan berubah menjadi sebuah kekaisaran. Tidak ada pertanyaan tentang itu. Kita harus mengajarkan bahwa orang-orang hebat hanya karena nilai intrinsik mereka, dan bukan karena posisi yang mungkin kebetulan mereka tempati.

Saya ingat sebuah insiden yang akan mengilustrasikan hal ini, satu-satunya yang bisa saya berikan malam ini. Saya malu akan hal itu, tetapi saya tidak berani meninggalkannya. Saya memejamkan mata sekarang; saya melihat kembali ke tahun 1863; saya bisa melihat kota kelahiran saya di Perbukitan Berkshire, saya bisa melihat lapangan pameran ternak yang penuh dengan orang; saya bisa melihat gereja di sana dan balai kota yang ramai, dan mendengar band bermain, dan melihat bendera berkibar dan sapu tangan melambai—saya ingat betul saat ini hari itu. Orang-orang telah keluar untuk menerima sebuah kompi tentara, dan kompi itu datang berbaris di Lapangan Umum. Mereka telah menyelesaikan satu masa tugas dalam Perang Saudara dan telah mendaftar kembali, dan mereka disambut oleh warga kota kelahiran mereka. Saya hanyalah seorang anak laki-laki, tetapi saya adalah kapten kompi itu, penuh dengan kebanggaan pada hari itu—mengapa, jarum cambric akan meledakkan saya berkeping-keping. Saat saya berbaris di Lapangan Umum di depan kompi saya, tidak ada seorang pun yang lebih bangga dari saya. Kami berbaris ke balai kota dan kemudian mereka mendudukkan tentara saya di tengah rumah dan saya mengambil tempat saya di kursi depan, dan kemudian para pejabat kota berjalan melewati kerumunan besar orang, yang berdiri rapat dan berdesakan di balai kecil itu. Mereka naik ke panggung, membentuk setengah lingkaran di sekitarnya, dan walikota kota, “ketua para Selectmen” di New England, duduk di tengah-tengah setengah lingkaran itu. Dia adalah seorang pria tua, rambutnya beruban; dia tidak pernah memegang jabatan sebelumnya dalam hidupnya. Dia berpikir bahwa jabatan adalah semua yang dia butuhkan untuk menjadi pria yang benar-benar hebat, dan ketika dia naik, dia menyesuaikan kacamata kuatnya dan melirik dengan tenang ke sekeliling hadirin dengan martabat yang luar biasa. Tiba-tiba matanya tertuju pada saya, dan kemudian pria tua yang baik itu langsung maju dan mengundang saya untuk naik ke panggung bersama para pejabat kota. Mengundang saya naik ke panggung! Tidak ada pejabat kota yang pernah memperhatikan saya sebelum saya pergi berperang. Sekarang, saya tidak seharusnya mengatakan itu. Ada satu pejabat kota di sana yang menasihati guru untuk “memukul” saya, tetapi maksud saya tidak ada “penghargaan terhormat.” Jadi saya diundang naik ke panggung bersama para pejabat kota. Saya duduk dan membiarkan pedang saya jatuh ke lantai, dan melipat tangan saya di dada dan menunggu untuk diterima. Napoleon Kelima! Kesombongan mendahului kehancuran dan kejatuhan. Ketika saya telah duduk dan semua menjadi hening di seluruh balai, ketua para Selectmen bangkit dan maju dengan martabat besar ke meja, dan kami semua mengira dia akan memperkenalkan pendeta Kongregasional, yang merupakan satu-satunya orator di kota itu, dan yang akan memberikan orasi kepada para tentara yang kembali. Tapi, teman-teman, Anda seharusnya melihat keterkejutan yang melanda hadirin itu ketika mereka mengetahui bahwa petani tua ini akan menyampaikan orasi itu sendiri. Dia belum pernah berpidato seumur hidupnya sebelumnya, tetapi dia jatuh ke dalam kesalahan yang sama seperti yang lain, dia sepertinya berpikir bahwa jabatan akan membuatnya menjadi seorang orator. Jadi dia telah menulis sebuah pidato dan berjalan mondar-mandir di padang rumput sampai dia menghafalnya dan menakut-nakuti ternak, dan dia membawa naskah itu bersamanya, dan mengambilnya dari sakunya, dia membentangkannya dengan hati-hati di atas meja. Kemudian dia menyesuaikan kacamatanya untuk memastikan bahwa dia bisa melihatnya, dan berjalan jauh ke belakang panggung dan kemudian melangkah maju seperti ini. Dia pasti telah banyak mempelajari subjeknya, karena dia mengambil sikap elokusioner; dia bertumpu berat pada tumit kirinya, sedikit memajukan kaki kanannya, memundurkan bahunya, membuka organ bicaranya, dan memajukan tangan kanannya pada sudut empat puluh lima derajat. Saat dia berdiri dalam sikap elokusioner itu, inilah persisnya pidato itu berjalan, inilah persisnya. Beberapa teman saya bertanya apakah saya tidak melebih-lebihkannya, tetapi saya tidak bisa melebih-lebihkannya. Mustahil! Inilah cara berjalannya; meskipun saya di sini bukan untuk ceritanya tetapi pelajaran di baliknya:

“Rekan-rekan warga.” Begitu dia mendengar suaranya, tangannya mulai bergetar seperti itu, lututnya mulai gemetar, dan kemudian dia gemetar seluruhnya. Dia batuk dan tersedak dan akhirnya menoleh untuk melihat naskahnya. Lalu dia mulai lagi: “Rekan-rekan warga: Kita—adalah—kita adalah—kita adalah—kita adalah— Kita sangat bahagia—kita sangat bahagia—kita sangat bahagia—menyambut kembali ke kota kelahiran mereka para prajurit ini yang telah berjuang dan berdarah—dan kembali ke kota kelahiran mereka. Kita terutama—kita terutama—kita terutama—kita terutama senang melihat bersama kita hari ini pahlawan muda ini (itu berarti saya)—pahlawan muda ini yang dalam imajinasi (teman-teman, ingat, dia berkata”imajinasi,” karena jika dia tidak mengatakan itu, saya tidak akan cukup egois untuk merujuknya)—pahlawan muda ini yang dalam imajinasi, kita telah lihat memimpin—kita telah lihat memimpin—kita telah lihat memimpin pasukannya ke celah maut. Kita telah lihat pedangnya yang berkilau—yang berkilau—kita telah lihat pedangnya yang berkilau—kita telah lihat pedangnya yang berkilau—pedangnya yang berkilau—berkilauan di bawah sinar matahari saat dia berteriak kepada pasukannya, ‘Ayo!’”

Oh, betapa mengecewakannya hari itu bagi saya. Tapi saya harus mengakui bahwa pria itu memiliki akal sehat yang luar biasa. Itu adalah satu-satunya hal yang bisa dia andalkan. Dia punya cukup akal sehat untuk melihat bahwa dia telah gagal, dan kegagalan total itu telah meremukkan hatinya dan merusak otaknya, dan pria tua itu telah kehilangan ingatannya dan tidak tahu di mana dia berada. Dia berhenti sama sekali—terdiam—tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi hanya berdiri di sana dengan malu, sampai seluruh hadirin bersimpati padanya. Kemudian dia mengulurkan tangannya dan berkata: “Tentara kompi ini juga anak-anak Anda. Mereka pergi dari sini sebagai anak laki-laki. Mereka telah kembali sebagai pahlawan. Mereka telah berjuang untuk negara Anda, dan sekarang mereka kembali ke rumah. Katakan ‘selamat datang’!” Dan ketika dia berkata, “Katakan ‘selamat datang’!” maka kerumunan orang yang simpatik itu, di seluruh balai itu, melompat berdiri, dan mereka mengayunkan sapu tangan mereka dan berteriak, dan berteriak, dan berteriak sampai mereka hampir membuat atapnya terlepas. Dan ketika tepuk tangan mereda, pendeta itu maju dan memberikan pidato yang bagus dan fasih, tetapi pidato itu sama sekali tidak bisa menandingi pidato agung yang disampaikan oleh petani tua yang jujur itu. Dia telah jatuh ke dalam kesederhanaan totalnya yang jujur dan telah mencapai puncak kefasihan yang sejati. Dia tidak tahu apa-apa tentang aturan berpidato, tetapi dia tahu kebutuhan manusia.

Jika Anda melupakan semua yang telah saya katakan kepada Anda, jangan lupakan ini, karena ini mengandung lebih banyak dalam dua baris daripada semua yang telah saya katakan. Bailey berkata: “Dia yang paling hidup adalah yang paling banyak berpikir, yang paling mulia merasa, dan yang paling baik bertindak.”