10  Kuliah 10: Konflik, Kekuasaan, dan Manajemen Interpersonal

Video clip

kuiz

Slides

10.1 Bagian 1: Sifat Konflik Interpersonal

Hampir setiap hubungan mengalami konflik dari waktu ke waktu, dan mengelola konflik adalah bagian normal, meskipun menantang, dari interaksi kita dengan orang lain.

10.1.1 1.1 Mendefinisikan Konflik Interpersonal

Konflik antarpribadi didefinisikan sebagai “perjuangan yang diekspresikan antara setidaknya dua pihak yang saling bergantung yang melihat tujuan yang tidak sesuai, sumber daya yang langka, dan campur tangan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka”.

Elemen Kunci dalam Konflik Antarpribadi:

  1. Konflik Adalah Perjuangan Tersurat (Expressed Struggle): Konflik tidak benar-benar terjadi sampai Anda membuat orang lain menyadari perasaan Anda. Ini dapat diungkapkan secara verbal atau melalui perilaku nonverbal seperti pandangan yang kejam atau nada suara yang kasar.
  2. Konflik Terjadi Antara Pihak yang Saling Bergantung (Interdependent Parties): Ketidaksepakatan hanya menjadi konflik jika tindakan masing-masing pihak memengaruhi kesejahteraan pihak lain.
  3. Sasaran yang Dianggap Tidak Sesuai (Perceived Incompatible Goals): Konflik muncul dari pemahaman bahwa tujuan kita tidak sesuai dengan tujuan orang lain.
  4. Konflik Muncul Atas Sumber Daya Langka (Scarce Resources): Orang cenderung mengalami konflik atas sumber daya yang mereka anggap terbatas, bukan melimpah.
  5. Konflik Termasuk Gangguan (Interference): Konflik terjadi ketika dua pihak bertindak dengan cara yang menghalangi satu sama lain untuk mencapai tujuan mereka.

10.1.2 1.2 Berpikir Tentang Konflik Interpersonal (Metafora dan Pembingkaian)

Orang-orang sering memikirkan konflik menggunakan bahasa kiasan, seperti metafora. Metafora ini mewakili berbagai macam gagasan, baik negatif, netral, maupun positif.

Kategori Metafora (Contoh) Deskripsi Sumber
Negatif Konflik adalah perang Serangkaian pertempuran, dengan pemenang dan pecundang.
Konflik adalah ledakan Seperti bom waktu yang berdetak lalu meledak.
Konflik adalah cobaan Pihak yang berargumen paling baik memenangkan konflik.
Netral Konflik adalah miskomunikasi Berasal dari kesalahpahaman dan gangguan komunikasi.
Konflik adalah tindakan alamiah Terjadi begitu saja pada orang-orang; tidak dapat dicegah.
Positif Konflik adalah tarian Mitra belajar “bergerak” satu sama lain melalui episode konflik mereka.
Konflik adalah taman Mewakili benih untuk masa depan; jika dirawat akan menghasilkan panen yang bermanfaat.
Konflik adalah tindakan penyeimbangan Seperti menyulap; satu gerakan yang salah bisa menyebabkan bencana.
Konflik adalah permainan Kompetisi menyenangkan di mana peserta menguji kemampuan.

Menyusun Ulang Konflik (Reframing): Cara kita menafsirkan atau “membingkai” sebuah konflik sangat memengaruhi pengalaman kita dan pilihan komunikasi kita. Membingkai ulang berarti mengubah cara Anda berpikir tentang situasi antarpribadi sehingga Anda mengadopsi kerangka yang lebih berguna (misalnya, melihatnya sebagai tarian daripada perang).

10.2 Bagian 2: Konflik dalam Hubungan Pribadi

Konflik antarpribadi memengaruhi kehidupan kita secara langsung dan dekat.

10.2.1 2.1 Karakteristik Konflik Interpersonal

  1. Konflik adalah Alami: Konflik adalah hal yang wajar dalam berhubungan dengan orang lain, terutama dalam hubungan penting (teman dekat, kerabat, pasangan romantis). Adanya konflik menandakan hubungan yang saling bergantung.
  2. Konflik Memiliki Dimensi Isi, Relasional, dan Prosedural:
    • Dimensi Isi (Content): Fokus pada titik pertikaian tertentu (misalnya, mencuri atau berjudi).
    • Dimensi Relasional (Relational): Implikasi yang lebih luas bagi hubungan itu sendiri (misalnya, kepercayaan atau rasa tidak hormat yang ditunjukkan).
    • Dimensi Prosedural (Procedural): Aturan atau ekspektasi yang diikuti individu tentang bagaimana terlibat dalam konflik (misalnya, diskusi terbuka versus penghindaran).
    • Metakonflik (Metaconflict): Konflik tentang konflik itu sendiri, sering terjadi ketika orang mengadopsi prosedur yang kontras.
  3. Konflik Dapat Langsung atau Tidak Langsung: Dapat ditangani secara terbuka dan lugas, atau secara tidak langsung melalui perilaku yang menyakitkan atau dendam (agresi pasif).
  4. Konflik Dapat Berbahaya: Konflik yang tidak ditangani dengan baik membuat stres, merusak kesehatan, dan dapat menyebabkan agresi dan kekerasan.
  5. Konflik Dapat Bermanfaat: Jika dikelola secara positif dan konstruktif, konflik dapat membantu dua orang belajar lebih banyak tentang satu sama lain dan hubungan mereka. Ini dapat membawa mereka ke solusi yang lebih memuaskan, mencegah masalah kecil membesar, dan membangun kepercayaan diri komunikasi.

10.2.2 2.2 Sumber Konflik yang Paling Umum

Menurut penelitian tentang konflik perkawinan, tiga sumber konflik paling umum secara berurutan adalah:

  1. Kritik pribadi: Keluhan atau kritik pasangan terhadap perilaku yang tidak diinginkan atau kebiasaan buruk satu sama lain.
  2. Keuangan: Konflik tentang uang.
  3. Pekerjaan rumah tangga: Konflik atas pembagian kerja.

Sumber umum lainnya termasuk anak-anak, pekerjaan, mertua, dan komunikasi.

10.2.3 2.3 Pengaruh Gender, Budaya, dan Teknologi pada Konflik

10.2.3.1 Gender dan Konflik

Pesan gender memengaruhi cara orang terlibat dalam konflik.

  • Wanita: Beberapa wanita mungkin merasa terlibat konflik secara terang-terangan bertentangan dengan peran gender feminin, sehingga mereka mengadopsi taktik tidak langsung seperti agresi pasif (perilaku penuh dendam sambil menyangkal perasaan agresif).
  • Pria: Pria sering diajari untuk terlibat langsung tetapi mungkin menarik diri (stonewalling) saat berkonflik dengan wanita karena konflik mengenai peran gender.
  • Pola Permintaan-Penarikan (Demand-Withdraw Pattern): Dalam hubungan romantis lawan jenis, satu pasangan (biasanya wanita) membuat permintaan (“Kita perlu membicarakan masalah”) dan yang lain (biasanya pria) merespons dengan menarik diri dari percakapan.

10.2.3.2 Budaya dan Konflik

Nilai dan norma budaya membentuk strategi manajemen konflik.

Budaya Karakteristik Konflik Strategi yang Cenderung Digunakan Sumber
Individualistis (misal AS) Diterima untuk tidak setuju; didorong untuk membela diri. Bersaing, terlibat langsung.
Kolektivis (misal Asia) Prioritas kelompok dan menjaga keharmonisan lebih diutamakan. Menghindari, mengalah, meminta mediasi pihak netral.
Konteks Rendah (Low Context) Menghargai komunikasi eksplisit, langsung, dan literal. Mengharapkan pihak-pihak menjelaskan sumber ketidaksepakatan dan penyelesaian secara langsung.
Konteks Tinggi (High Context) Menghargai kehalusan dan penyelamatan muka. Membahas ketidaksepakatan secara tidak langsung, tanpa tuduhan langsung.

10.2.3.3 Konflik Online

Konflik sering terjadi saat berkomunikasi secara online karena efek disinhibisi. Efek ini menghilangkan kendala dan mengundang orang untuk mengatakan hal-hal yang tidak akan mereka lakukan secara langsung. Konflik online sering berujung pada fire (kebakaran), yaitu pertukaran pesan yang memusuhi dan menghina.

10.3 Bagian 3: Kekuasaan dan Konflik

Konflik sering kali melibatkan perebutan kekuasaan, karena kekuasaan dan konflik terkait erat. Kekuasaan adalah kemampuan untuk memanipulasi, mempengaruhi, atau mengontrol orang atau peristiwa lain.

10.3.1 3.1 Karakteristik Kekuasaan

  1. Spesifik Konteks (Context Specific): Kebanyakan bentuk kekuasaan hanya relevan dalam situasi tertentu.
  2. Selalu Ada (Always Present): Kekuasaan ada di setiap interaksi antarpribadi, memunculkan dua jenis hubungan:
    • Hubungan Simetris (Symmetrical Relationship): Dua orang memiliki kekuatan yang kira-kira sama (misalnya, teman).
    • Hubungan Komplementer (Complementary Relationship): Satu orang memiliki kekuatan lebih dari yang lain (misalnya, guru dan siswa).
  3. Memengaruhi Komunikasi: Sifat hubungan (simetris atau komplementer) memengaruhi jenis pesan yang digunakan:
    • Pesan One-up: Mengungkapkan dominasi dan upaya mengontrol hubungan (misalnya, perintah).
    • Pesan One-down: Mengkomunikasikan penyerahan atau penerimaan kemampuan pengambilan keputusan orang lain (misalnya, pertanyaan penyerahan).
    • Pesan One-across: Menyampaikan keinginan untuk menetralkan kendali relasional; tidak dominan atau tunduk (misalnya, pernyataan fakta).
  4. Dapat Positif atau Negatif: Kekuasaan bisa positif atau negatif tergantung pada cara orang menanganinya. Hubungan komplementer bisa memuaskan jika kedua pihak menyepakati pengaturan kekuasaan dan orang yang berkuasa menjalankannya secara etis dan bertanggung jawab.
  5. Saling Mempengaruhi Konflik: Banyak konflik pada dasarnya adalah bentrokan atas kekuasaan. Konflik juga dapat mengubah keseimbangan kekuasaan dalam suatu hubungan (misalnya, remaja memperoleh lebih banyak kontrol setelah konflik dengan orang tua).

10.3.2 3.2 Lima Bentuk Kekuasaan (French dan Raven)

Kekuasaan datang dalam berbagai bentuk yang dapat diklasifikasikan menjadi lima bentuk spesifik:

  1. Kekuatan Hadiah (Reward Power): Kemampuan untuk memberi penghargaan kepada pihak lain.
  2. Kekuatan Koersif (Coercive Power): Kemampuan untuk menghukum (kebalikan dari kekuatan hadiah).
  3. Kekuatan Referensi (Referent Power): Kekuatan daya tarik; berasal dari disukai, dikagumi, atau menarik.
  4. Kekuasaan Sah (Legitimate Power): Kekuasaan yang berasal dari status atau posisi yang memberi hak untuk mengajukan permintaan yang harus dipatuhi oleh orang lain.
  5. Kekuatan Ahli (Expert Power): Kekuasaan yang bekerja jika kita mematuhi arahan orang yang kita anggap ahli di bidang tertentu.

10.3.3 3.3 Budaya dan Kekuasaan (Jarak Kekuasaan)

Budaya memengaruhi cara orang menjalankan kekuasaan, terutama melalui dimensi Jarak Kekuasaan (Power Distance):

  • Budaya Jarak Kekuasaan Tinggi: Dicirikan oleh distribusi kekuasaan yang tidak merata, yang diterima oleh kelompok sosial.
  • Budaya Jarak Kekuasaan Rendah: Menunjukkan distribusi kekuasaan yang lebih merata di antara kelompok sosial. Orang lebih mungkin mempertanyakan otoritas dan terlibat dalam konflik dengan mereka yang menjalankan kekuasaan atas mereka.

10.4 Bagian 4: Mengelola Konflik Interpersonal

Cara kita menangani konflik, bukan konflik itu sendiri, yang menentukan dampaknya pada hubungan.

10.4.1 4.1 Perilaku Bermasalah Selama Konflik (Four Horsemen of the Apocalypse)

Psikolog John Gottman mengidentifikasi empat perilaku spesifik yang merupakan tanda peringatan yang dapat diandalkan untuk perpisahan atau perceraian:

  1. Kritik (Criticism): Ekspresi keluhan yang menyerang kepribadian atau karakter seseorang, bukan perilakunya. Ini sering berupa pernyataan global. Kritik juga dapat menjadi kontraproduktif ketika pasangan melakukan gunny-sacking (mengungkit keluhan masa lalu).
  2. Penghinaan (Contempt): Menghina dan menyerang harga diri (misalnya, memanggil nama, sarkasme, memutar mata, mencibir). Penghinaan merendahkan orang lain dan dapat meningkatkan stres fisik pada pasangan.
  3. Sikap Membela Diri (Defensiveness): Melihat diri sendiri sebagai korban dan menyangkal tanggung jawab atas perilaku sendiri. Melibatkan merengek, membuat alasan, dan merespons keluhan dengan keluhan.
  4. Halangan/Membungkam (Stonewalling): Menarik diri dari percakapan atau interaksi (berhenti melihat, berbicara, atau menanggapi). Ini sering terjadi ketika seseorang merasa kewalahan secara emosional dan secara efektif mengakhiri percakapan tanpa penyelesaian.

10.4.2 4.2 Strategi Mengelola Konflik dengan Berhasil

Strategi manajemen konflik didasarkan pada dua dimensi: perhatian Anda terhadap kebutuhan Anda sendiri dan perhatian Anda terhadap kebutuhan pihak lain. Lima strategi utama adalah:

Gaya Perhatian Diri Sendiri Perhatian Pihak Lain Tujuan Deskripsi Sumber
Bersaing (Competing) Tinggi Rendah Menang/Kalah Berusaha memenangkan konflik, cocok bila hasil tidak dapat dibagi.
Menghindari (Avoiding) Rendah Rendah Mengabaikan Mengabaikan konflik; berharap ia hilang. Jika berlebihan, konflik penting tidak terselesaikan.
Akomodasi (Accommodating) Rendah Tinggi Kalah/Menang Berkorban agar pihak lain menang. Dalam jangka panjang dapat membuat kesal.
Berkompromi (Compromising) Sedang Sedang Merelakan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu Kedua belah pihak merelakan dan mendapatkan sesuatu yang berharga. Membutuhkan waktu dan kesabaran.
Berkolaborasi (Collaborating) Tinggi Tinggi Menang/Menang Mencapai situasi menang-menang yang memaksimalkan keuntungan kedua belah pihak. Membutuhkan banyak energi dan imajinasi.

Strategi terbaik tergantung pada situasi dan tujuan para peserta.

10.5 Emat Penunggang Kuda

Tentu. “Four Horsemen of the Apocalypse” (Kritik, Penghinaan, Sikap Membela Diri, dan Halangan) yangTentu. “Four Horsemen of the Apocalypse” (Kritik, Penghinaan, Sikap Membela Diri, dan Halangan) yang diidentifikasi oleh psikolog John Gottman berfungsi sebagai tanda peringatan yang dapat diandalkan untuk perpisahan atau perceraian dalam hubungan romantis. Perilaku-perilaku ini menunjukkan bahwa cara pasangan menangani konflik sangat bermasalah sehingga membahayakan hubungan itu sendiri.

Berikut adalah analisis bagaimana setiap “Horseman” beroperasi dalam konteks hubungan nyata, berdasarkan definisi dan dampaknya dari sumber:

10.5.1 1. Kritik (Criticism)

Kritik adalah ekspresi keluhan tentang pihak lain. Meskipun mengkritik tidak selalu buruk, ia menjadi kontraproduktif jika fokusnya adalah menyerang kepribadian atau karakter seseorang, bukan pada perilaku spesifik mereka.

Cara Beroperasi dalam Hubungan Nyata (Studi Kasus):

  • Pernyataan Global: Pasangan yang menggunakan kritik akan cenderung mengeluarkan pernyataan global tentang nilai atau kebajikan seseorang daripada kritik khusus. Misalnya, alih-alih mengatakan, “Saya kesal karena Anda terlambat 15 menit hari ini,” mereka berkata, “Kamu tidak pernah memikirkan siapa pun kecuali dirimu sendiri”. Pernyataan seperti “Kamu harus selalu benar” atau “Kamu tidak pernah mendengarkan” berfokus pada menyerang dan menyalahkan orang tersebut.
  • Gunny-Sacking (Mengungkit Keluhan Masa Lalu): Kritik menjadi kontraproduktif ketika pasangan “menyimpan” keluhan masa lalu secara pribadi (gunny-sacking) dan kemudian mengungkitnya sekaligus. Contohnya, ketika seseorang dikritik karena boros, ia malah membalas dengan mengungkit pengeluaran pasangan tahun lalu yang tidak pernah didiskusikan sebelumnya, sehingga mengalihkan perhatian dari konflik saat ini dan membuatnya tidak terselesaikan.

10.5.2 2. Penghinaan (Contempt)

Penghinaan adalah tanda peringatan kedua yang terjadi ketika pasangan menunjukkan penghinaan satu sama lain dengan menghina dan menyerang harga diri satu sama lain. Penghinaan berfungsi untuk merendahkan dan merendahkan orang lain.

Cara Beroperasi dalam Hubungan Nyata (Studi Kasus):

  • Verbal dan Nonverbal: Perilaku ini mencakup memanggil nama (“Kamu bodoh idiot”), menggunakan sarkasme atau ejekan, dan menggunakan perilaku nonverbal yang menunjukkan pendapat rendah, seperti memutar mata dan mencibir.
  • Dampak Kesehatan: Penelitian menunjukkan bahwa menanggapi konflik dengan jenis perilaku bermusuhan ini sering kali meningkatkan stres fisik pada pasangan, yang dapat mengganggu kesehatan mereka. Penghinaan secara efektif menunjukkan rasa tidak hormat.

10.5.3 3. Sikap Membela Diri (Defensiveness)

Sikap membela diri (Defensiveness) adalah tanda bahaya ketiga yang berarti melihat diri sendiri sebagai korban dan menyangkal tanggung jawab atas perilaku sendiri.

Cara Beroperasi dalam Hubungan Nyata (Studi Kasus):

  • Pengalihan dan Pembenaran: Alih-alih mendengarkan kekhawatiran pasangan dan mengakui perlunya perubahan perilaku, orang yang membela diri akan merengek (“Ini tidak adil”), membuat alasan (“Ini bukan salah saya”), atau menanggapi keluhan dengan keluhan (“Mungkin saya menghabiskan terlalu banyak uang, tetapi Anda tidak pernah menyediakan waktu untuk anak-anak dan saya”).
  • Resistensi terhadap Tanggung Jawab: Sikap membela diri cenderung muncul ketika seseorang menyadari bahwa kritik itu valid tetapi tidak mau menerima tanggung jawab untuk mengubah perilaku mereka.

10.5.4 4. Halangan/Membungkam (Stonewalling)

Halangan (Stonewalling) adalah yang terakhir dari “Four Horsemen” dan melibatkan menarik diri dari percakapan atau interaksi. Ini adalah pola penarikan diri.

Cara Beroperasi dalam Hubungan Nyata (Studi Kasus):

  • Penarikan Diri Fisik dan Komunikasi: Orang yang melakukan stonewalling akan bertindak seolah-olah mereka “menutup diri”—mereka berhenti melihat pasangan, berhenti berbicara, dan berhenti menanggapi apa yang dikatakan pasangan mereka. Mereka bahkan mungkin meninggalkan ruangan secara fisik untuk mengakhiri percakapan.
  • Kewalahan Emosional: Gottman menemukan bahwa orang melakukan stonewalling ketika mereka merasa kewalahan secara emosional dan psikologis dan tidak lagi mampu terlibat dalam percakapan.
  • Mengakhiri Penyelesaian: Sayangnya, ketika salah satu pasangan stonewalling, hampir tidak mungkin bagi pasangan tersebut untuk menyelesaikan perselisihannya. Selain itu, ketika suami stonewalling selama konflik, istri mereka sering mengalami peningkatan yang signifikan dalam hormon stres kortisol dan norepinefrin.